
PROSESNEWS.ID – Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah Gorontalo menegaskan bahwa banjir yang melanda Desa Teratai dan Bulangita, Kabupaten Pohuwato, merupakan bukti nyata dampak buruk aktivitas tambang ilegal yang dibiarkan tanpa penindakan. Sedikitnya 20 rumah warga terendam banjir meski hujan hanya berlangsung 1–2 jam. Jika musim hujan dengan curah tinggi tiba, ancamannya bisa jauh lebih besar dan membahayakan keselamatan warga.
Situasi terkini memperlihatkan alat berat yang sebelumnya sempat ditarik, kini kembali beroperasi. Berdasarkan laporan kader KAMMI di lapangan, terdapat lebih dari 30 alat berat yang terus menghasilkan sedimen dalam jumlah besar sehingga memperparah kerusakan lingkungan.
Ketua Umum KAMMI Wilayah Gorontalo, Rifaldi Halang, menyebut kondisi ini sebagai alarm keras bagi aparat penegak hukum, khususnya Kapolda Gorontalo yang baru dilantik.
“Masyarakat sudah jadi korban. Rumah mereka kebanjiran akibat kerusakan lingkungan yang jelas bersumber dari aktivitas tambang. Kapolda harus segera bertindak tegas, bukan sekadar janji, tapi langkah nyata untuk menertibkan tambang ilegal ini,” tegas Rifaldi.
KAMMI Gorontalo kembali menekankan desakan agar aparat penegak hukum segera mengambil tindakan. Tidak boleh ada pembiaran terhadap aktivitas tambang yang nyata-nyata merugikan masyarakat dan merusak lingkungan.
Secara khusus, KAMMI meminta Kapolda Gorontalo menjadikan penanganan tambang ilegal sebagai prioritas utama. Penertiban harus diwujudkan melalui langkah konkret, bukan sekadar wacana. Kehadiran kepolisian diharapkan mampu mengembalikan rasa aman masyarakat, bukan justru menambah kekecewaan akibat abai terhadap penderitaan rakyat.
“Kami berharap Kapolda baru menunjukkan keberpihakannya kepada rakyat. Jangan biarkan masyarakat terus jadi korban, sementara para pelaku tambang menikmati keuntungan besar. Kapolda harus segera menindak tegas tambang ilegal ini demi menjaga marwah hukum dan keselamatan warga Pohuwato,” pungkas Rifaldi.














