PROSESNEWS.ID – Seorang nelayan bernama Parmin Lihawa (24), asal Kabupaten Gorontalo Utara, nyaris kehilangan nyawa, lantaran peristiwa ekstrem yang dialaminya di perairan laut Gorontalo Utara, belum lama ini.
Warga asal Dusun Yapi yapi, Desa Tihengo, Kecamatan Ponelo Kepulauan (Ponkep), Gorontalo Utara tersebut, mengalami kecelakaan laut sekitar Pukul 01.00 Wita siang, pada Jumat, (16/07/2021).
Adapun kronologisnya, sebuah perahu bagan yang dijaga oleh korban di perairan laut Ponkep, tenggelam setelah beberapa jam dihantam badai kencang dan ombak besar yang disertai gerimis.
Parmin bercerita, awal kemunculan cuaca buruk ini sekitar Pukul 09.00 Wita Pagi. Karena khawatir, ia kemudian menghubungi keempat rekannya yang sudah lebih dulu kembali ke daratan, menggunakan ponsel miliknya.
Makin lama, badai semakin kencang, membuat perasaannya makin tak karuan. Dan nahas, perahu bagan tersebut seketika dimasuki air, hingga akhirnya tenggelam dan hancur akibat hantaman ombak demi ombak.
Namun sebelum itu, Parmin sempat mengambil sebuah pelampung (gabus). Ia memutuskan berenang dengan menggunakan alat seadanya itu, menuju sebuah Pulau bernama Pulau Lampu yang jaraknya, lumayan jauh dari lokasi peristiwa.
Kurang lebih 4 jam, Parmin terombang-ambing di lautan. Ia harus melawan ganasnya cuaca pada saat itu. Waktu menunjukkan Pukul 04.00 Wita, ia masih terus berupaya sekuat tenaga demi menggapai Pulau Lampu.
“Saat itu saya memang sudah pasrah. Badan loyo skali dan dingin,”tutur Parmin menceritakan kisahnya ke Prosesnews.id, Selasa, (20/07/2021).
Sekitar Pukul 05.00 Wita kata Parmin, dirinya sudah tidak mampu lagi berenang. Namun, beruntung saja, tiba-tiba ada seorang nelayan yang lewat tidak jauh dari tempat ia mengapung. Ia pun berusaha dengan sekuat tenaga lagi, berteriak meminta pertolongan.
Alhasil, nelayan yang akrab disapa Ka Mini langsung merespon panggilan itu dengan membelokan kemudi perahu menuju arah korban. Parmin, akhirnya berhasil diselamatkan oleh Ka Mini dan langsung dibawa pulang dalam keadaan selamat ke rumahnya di Desa Tihengo.
Kehilangan Pekerjaan
Di samping masih sangat trauma atas peristiwa yang dialaminya tersebut, Parmin juga sudah tidak tahu mau bagaimana lagi sekarang ini. Pasalnya, usaha bagan yang menjadi tempatnya mengais rezeki, sudah hancur.
Ia menuturkan, setiap hari ia bersama 4 orang rekannya, hanya mencari nafkah dari usaha bagan tersebut. Saat ini kata Parmin, dengan adanya kejadian itu, ia dan rekan-rekan nelayan lainnya, sudah kehilangan pekerjaan.
“Itu bagan milik bos kami. Saya dan teman-teman nelayan ini mencari hidup disitu. Tapi ini sudah rusak, kami mau bagaimana lagi. Sementara kerugian yang dialami bos juga tidak sedikit,”tuturnya dengan nada sedih, mengakhiri wawancara.
Kerugian Materil
Agus Suluta, selaku pemilik Bagan, saat dikonfirmasi Prosesnews.id, juga masih merasa trauma dan sedih atas insiden nahas tersebut. Namun, satu hal yang ia syukuri adalah satu anak buahnya masih diberi keselamatan.
“Itu yang paling saya syukuri pak. Begitu menerima kabar awal, saya dan 4 orang anak buah saya langsung bergerak menggunakan perahu mesin, untuk melihat keadaan anak buah saya di Bagan,”ujarnya, Selasa malam, (20/07/2021).
“Saya menangis karena khawatir. Sebab cuaca benar-benar buruk, ombak besar-besar. Sehingga yang saya ingat saat itu bukan bagan lagi. Tapi, bagaimana nasib anak buah saya. Syukur Alhamdulillah dia masih selamat,”tuturnya.
Disinggung terkait kerugian materil, Agus Suluta menyebut, kurang lebih Rp 70 Juta. Selain satu badan perahu bagan hancur, barang-barang berupa satu buah mesin Alkon, Genset 800 Watt, lampu-lampu bagan, serta peralatan tangkap ikan lainnya, turut tenggelam pada peristiwa tersebut.
“Kalau diuangkan sekitar Rp 70 Juta. Bagan hancur juga, pokoknya rata. Usaha saya cuma itu pak, kalau ada kelebihan rezeki, Insyaallah bisa diperbaiki lagi,”tutup Agus Suluta.
Penulis : Abdul Majid Rahman