Sulawesi Tenggara

Diduga Salah Data, Penyebab Tingginya Angka Stunting di Buteng

PROSESNEWS.ID, BUTON TENGAH – Beberapa waktu lalu pemerintah Kabuapaten Buton Tengah (Buteng) Sulawesi Tenggara (Sultra) dibuat kaget terkait data stunting yang cukup besar dengan mencapai 42,0 persen. Angka ini menempatkan Buteng pada posisi kedua setelah Buton Selatan.

Akhirnya gerak cepat pun dilakukan oleh Pemkab Buteng melalui dinas kesehatan dan dinas PKB dengan melibatkan kader, bidan dan pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) dilevel Kecamatan dan Desa.

Meski begitu, tingginya angka stunting di negeri seribu gua itu dianggap Yusup merupakan kesalahan pendataan. Sebab, tingginya angka tersebut berbanding terbalik dengan generasio di Buteng.

“Generasio kita tertinggi di Sultra. Kok generasionya berbanding terbalik dengan angka stunting kita,” ucap Pj Bupati Buteng, Muhammad Yusup dengan heran, Senin (10/10/2022).

Padahal kata dia, pemerataan kesejahteraan masyarakat Buteng sudah cukup baik di buktikan dengan sanitasi dan kecukupan asupan gizi yang memadai.

“Ini seolah kesehatan dan sanitasi di Buteng tidak baik. Kita bisa liat sendiri sekarang seperti apa disini (Buteng),” katanya.

Meski begitu, ia tetap memerintahkan aparaturnya mulai dari tingkat atas (esselon II) hingga bawah (Desa) untuk terus melakukan langkah-langkah diantaranya dengan melakukan evaluasi dan pengawasan yang terstruktur dan periodik.

“Sekarang yang kita lakukan yakni melakukan pemantauan dan pendataan kembali tentang kondisi masyarakat yang sesungguhnya,” urai Yusup.

Kondisi stunted atau stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tersebut tentu masih menjadi masalah serius karena tidak hanya berdampak terhadap perkembangan motorik dan verbal anak, tapi meningkatkan risiko penyakit degeneratif dan kejadian kesakitan.

Stunting dapat juga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel neuron terhambat sehingga anak berisiko mengalami 7% penurunan perkembangan kognitif.

Reporter : Win

Recent Posts

Rekapitulasi Pilgub 2024, Gusnar-Idha Pimpin Perolehan Suara Terbanyak

PROSESNEWS.ID – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Gorontalo telah menyelesaikan proses rekapitulasi hasil perhitungan suara…

3 jam ago

KPU Provinsi Gorontalo Raih Peringkat Terbaik dalam Pengelolaan Rekapitulasi Suara

PROSESNEWS.ID – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Gorontalo kembali mencatatkan prestasi gemilang dengan meraih peringkat…

1 hari ago

KPU Provinsi Gorontalo Raih Peringkat Terbaik Kedua dalam Anugerah SPIP 2024

PROSESNEWS.ID – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Gorontalo kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih peringkat…

1 hari ago

Ketua Dekot Gorontalo Harapkan Tahun Baru Membawa Perubahan Positif bagi Daerah

PROSESNEWS.ID — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Gorontalo, Irwan Hunawa, menyampaikan harapannya agar…

1 hari ago

Pelayanan Publik Kota Gorontalo Masuk Zona Hijau, Ombudsman RI Apresiasi

PROSESNEWS.ID – Pemerintah Kota Gorontalo menerima kunjungan dari Ombudsman RI perwakilan Gorontalo, Jumat (20/12/2024). Kunjungan…

2 hari ago

Pemkot Gorontalo Optimalkan DIF untuk Jaga Kesejahteraan Warga di Tengah Inflasi

PROSESNEWS.ID – Dana Insentif Fiskal (DIF) yang diterima Pemerintah Kota Gorontalo dari pemerintah pusat terbukti…

2 hari ago