PROSESNEWS.ID – Pangan lokal unggulan dari Kabupaten Gorontalo adalah jagung, khususnya jagung pulut atau jagung ketan. Sayangnya, pengolahan terhadap jagung pulut ini masih sangat terbatas. Mayoritas masyarakat mengolahnya dengan merebus.
Menyikapi isu pangan yang menjadi perhatian nasional maupun global, mendorong Amir Halid, dosen program studi (prodi) Agribisnis Universitas Negeri Gorontalo (UNG) berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo mengikuti program Matching Fund Kedaireka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2022.
Melalui program Matching Fund dengan anggaran Rp 696 juta, Amir Halid mengangkat topik penelitian model pendampingan kelembagaan, pascapanen produk olahan, dan ekosistem pemasaran digital pada usaha rumah tangga petani jagung di Provinsi Gorontalo.
Dengan begitu, jagung pulut yang dulu hanya dikonsumsi sebagai jagung rebus, sekarang dapat dinikmati dalam berbagai produk turunan.
Amir Halid menjelaskan tujuan utama penelitian yang dilakukannya pada 5 Oktober-17 Desember 2022 adalah mencari produk pangan alternatif berbasis jagung pulut. Salah satu produk hasil penelitiannya adalah beras analog.
“Beras ini terbuat dari jagung pulut dan sagu yang diolah dengan formulasi tertentu. Rasa dan teksturnya mendekati beras asli,” ucap Amir Halid saat berdialog dengan media dalam kegiatan pers tour yang diadakan oleh Kemendikbudristek di Universitas Negeri Gorontalo, Kamis (30/3/2023).
Dalam penelitian, Amir Halid mengatakan Universitas Negeri Gorontalo juga melibatkan 52 mahasiswa program Kuliah Kerja Nyata, Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (KKN MBKM) guna melakukan pendampingan langsung di 6 desa sentra jagung pulut di Kabupaten Gorontalo.
Amir Halid juga menjelaskan Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) yang tergabung dalam Konsorsium Patriot Pangan Kampus Merdeka 2022. Program Patriot Pangan Kampus Merdeka bertujuan mendukung upaya kedaulatan pangan yang dilakukan melalui penelitian maupun pendampingan kepada masyarakat.
Amir Halid juga menyebutkan terdapat empat program yang dilaksanakannya di daerah sasaran antara lain pendampingan cara tanam jagung pulut, penanganan pascapanen, yaitu pengolahan jagung pulut menjadi beras analog, pemanfaatan limbah jagung menjadi silase, dan pelatihan kelembagaan dan pemasaran digital.
Dikatakan Amir Halid, hilirisasi produk sama pentingnya dengan penanganan sektor hulu. Untuk itu pelatihan penguatan kelembagaan dan pemasaran digital sangat penting.
“Kelembagaan yang kuat baik melalui kelompok tani maupun industri rumah tangga dapat mengefisienkan biaya produksi,” ucapnya.
Terkait hilirisasi produk, Amir Halid menuturkan pada akhir penelitian dilaksanakan melalui ajang Expo Nasional dan Gelar Teknopangan di Desa Mulyonegoro, Kabupaten Gorontalo. Pasalnya, selain pengolahan jagung pulut sebagai beras analog, jagung tersebut juga diolah untuk jenis olahan lainnya.