CATATAN : H. Yeyen Saptiani Sidiki, SE, MM
Ekonomi Di Tengah Pandemi Covid 19
BERBICARA tentang baik buruknya perekonomian suatu negara, maka hal pertama yang harus kita bahas adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nya. Kualitas SDM merupakan hal yang merujuk pada kualitas individu, atau orang-orang yang aktif dalam menjalankan suatu fungsi dalam sebuah organisasi. Baik dalam organisasi kemasyarakatan, perusahaan maupun di lembaga negara.
Dari situ kita dapat mengartikan bahwa SDM yang berkualitas, merupakan kunci kesuksesan perekonomian termasuk di level negara. Suatu negara dapat menciptakan perekonomian yang baik apabila usia masyarakat produktifnya tinggi dan berkualitas.
Akibat pandemi Covid-19 mengharuskan sejumlah perusahaan besar, seolah tidak ada jalan lain selain melakukan PHK terhadap sebagain karyawannya yang sudah berusia 45–65 tahun, karena diangap paling mudah terdampak Covid-19. Para pedagang di pasar menurun pendapatannya akibat kebijakan “Sosial Distancing” dengan tujuan mengurangi kontak individu demi memutus mata rantai penyebaran Covid -19.
Kasus Covid-19 di Gorontalo yang terus meningkat, mengharuskan dikeluarkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui Peraturan Gubernur Nomor 15 Tahun 2020 yang waktu penerapanya selama 14 hari. Bahkan untuk lebih memperketat pelaksanaan “Sosial Distancing”, Gubernur Gorontalo memperpanjang penerapan PSBB hingga bulan juni.
Salah satu ketegasan penerapan PSBB di Gorontalo adalah dengan menutup pusat-pusat perbelanjaan, yang bukan keperluan harian. Sehingga kebijakan tersebut, mengakibatkan sejumlah karyawan harus di rumahkan dan akibatnya, berdampak pada menurunnya kegiatan perekonomian.
Setidaknya sampai saat ini Social Distancing atau kebijakan PSBB di Gorontalo, hanya diikuti oleh sebagian kelompok menengah ke atas sementara kelompok menengah ke bawah belum mematuhinya sepenuhnya.
Sebagai contoh, Pengemudi ojek online tetap keluar rumah meskipun sudah dilarang untuk berboncengan, mereka tetap berada di luar rumah dengan memanfaatkan skema “Delivery” atau Bayar di tempat (COD). Ini dikarenakan penghasilan mereka adalah penghasilan harian. Tukang sayur dan penjual bakso dorongan tetap di jalan untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang tetap di rumah.
Perilaku seperti ini akan mengorbankan kelompok bawah lebih banyak. Mereka akan sangat mudah terpapar Covid-19, karena selain tidak mengunakan alat pelindung diri (APD), mereka berprinsip bahwa “Mendingan Mati Karena Covid-19 dari pada Mati Kelaparan”.
Sedih rasanya menulis sebuah catatan akibat pandemi ini, jika yang menulis adalah orang seperti saya yang harus menanggung beban kepercayaan sebagai perwakilan rakyat di Provinsi Gorontalo.
Pemanfaatan Teknologi, Sebagai Solusi Merespon Penerapan “Sosial Distancing”
Di sini kita dapat melihat, bahwa dampak pandemi yang mengakibatkan maningkatnya jumlah pengangguran akibat PHK besar-besaran, dan manurunnya pendapatan para pelaku usaha akibat mengurangnya kebutuhan komsumen, maka yang harus dilakukan adalah mendorong pemerintah daerah agar segera melakukan transformasi peningkatan kwalitas SDM, guna mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi akibat dampak covid-19.
Sebagai wakil rakyat yang membidangi Ekonomi dan Keuangan, kami sudah menyarankan kepada Pemerintah Daerah, untuk memetakan semua potensi ekonomi yang harus dan terus beroperasi, membangun koordinasi dengan para pelaku usaha, baik swasta maupun dengan BUMN agar segala aktifitas usaha dapat dikembangkan melalui penerapan digitalisasi sebagai respon terhadap Era Revolusi Industri 4.0.
Transformasi Digital ini juga bisa diterapkan oleh pelaku usaha kecil dan menengah. Memang sebagian sudah menerapkan skema ini lewat jual beli on line dengan memanfaatkan Media Sosial sebagai alat untuk memasarkan produk-produk jualnnya.
Transaksi keuanganpun sebagian sudah melalui internet banking atau mobile banking yang meminimalisir kontak langsung antar individu. Hal ini memang sudah sangat sederhana dan sangat membantu di tengah pembatasan sosial berskala besar akibat pandemi Covid-19.
Pertanyaannya adalah apakah mereka yang di PHK, atau mereka yang menurun usahanya akibat pandemi memiliki skill atau alternatif usaha lain untuk mengembangkan kembali potensi-potensi usahanya dengan beradaptasi di tengah pandemi?
Jika mereka mempunyai skill atau kemampuan mengembangkan usahanya, modal usahanya dari mana?
Jika mereka memiliki kemampuan di bidang usaha, modal yang cukup, apakah mereka sudah bisa memanfaatkan teknologi digital untuk memasarkan usahanya?
Dan pertanyaan yang paling menggelitik adalah, ketika pemerintah sudah menyediakan modal usaha, mengedukasi mereka untuk meningkatkan SDM bagi para calon pelaku usaha, Apakah ada kemauan mereka untuk berusaha?
Sungguh pertanyaan–pertanyaan tersebut menjadi PR bagi kita semua. Hal ini dikarenakan masih adanya masyarakat yang hanya bergantung pada bantuan pemerintah. Sebagai contoh di Gorontalo, ada yang sudah mendapat Rumah Layak Huni (Mahyani) masih saja menuntut PKH. Ada yang sudah mendapat PKH, masih ada saja yang menuntut BLT Pemerintah pusat. Ada yang sudah mendapat BLT dari pemerintah Pusat, masih saja menuntut BLT dari dana Desa.
Ada yang sudah mendapat BLT, masih saja menuntut Sembako. Dan masih banyak lagi polemik penyaluran bantuan dari pemerintah karena mungkin data-data penerima bantuan juga bermasalah…Wallahulalam.
Pentingnya Peningkatan Sumber Daya Manusia di Tengah Pandemi Covid-19.
Jika kita perhatikan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Gorontalo mulai dari Tahun 2013 berada di posisi 64.16 %, dan di tahun 2019 menjadi 68.49 %, artinya telah mengalami peningkatan sekitar 4.33%. Ini menunjukan bahwa Peningkatan Sumber Daya Manusia di lihat dari Harapan Hidup sehat serta tingkat pengetahuan, dan standar hidup layak di Provinsi Gorotalo dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan sebelum dilanda Pandemi covid-19.
Sebagaimana juga data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, tentang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Gorontalo per bulan februari 2020, jika di lihat dari pendidikan tertinggi baik yang pendidikannya, hanya sampai pada tingkat SD, SMP, SMA bahkan yang lulusan sarjana jika diakumulasi total Tingkat Penganguran Terbuka mencapai 12.91 % dari jumlah penduduk.
Meskipun pemerintah daerah terus berupaya menekan jumlah pengangguran dengan berbagai macam program, akan tetapi yang kami temui dilapangan adalah mental serta kemampuan personal (Soft Skill) yang masih sangat kurang di miliki oleh masyarakat di usia produktif.
Oleh karena itu, Pembangunan SDM memerlukan kehadiran Negara dengan menjadikan pembangunan Sumber Daya Manusia yang berkelanjutan sebagai fokus penggunaan anggaran negara di tiap tahunnya.
Hal ini juga sudah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam Program Ungulan NKRI Jilid II yaitu Penerapan Pendidikan Gratis Yang Berkwalitas, penyediaan anggaran bea siswa bagi pelajar yang melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, serta mengedukasi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk terus meningkatkan Produktifitas usahanya.
Namun apalah daya, pandemi covid-19 tidak pernah diprediksi akan meluluhlantahkan segal sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga menguras pos-pos APBN bahkan APBD kita.
Solusi…?
Saya berpendapat bahwa jika pendidikan formal saat ini belum bisa dilaksanakan akibat penerapan “Sosial Distancing”, maka masih ada alternatif pendidikan Non Formal yang perlu kita jalankan bersama. Diantarannya dengan melakukan pelatihan vokasi atau pendidikan vokasi secara virtual dengan mengunakan media on line melalui pelatihan, pembinaan, recruitmen, perubahan system atau perubahan tata kelola perencanaan usaha.
Kita ketahui bersama bahwa pendidikan Vokasi adalah program pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menetapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya, siap kerja dan mampu bersaing secara global.
Namun solusi ini tidak harus kita batasi pesertanya, bahwa hanya mereka yang sedang dalam jenjang pendidikan tinggi yang menjadi peserta, kita juga dapat melibatkan para tenaga kerja yang di PHK akibat pandemi atau masyarakat luas untuk diikutsertakan pada Program Pndidikan atau Pelatihan Vokasi ini.
Tujuan Peningkatan SDM
Tujuan dari segala alternatif peningkatan SDM ini adalah, agar kita sebagai warga negara tidak menjadi masyarakat yang pasif yang hanya menunggu program bantuan sosial dari pemerintah, melainkan aktif dan produktif serta selalu memapu beradaptasi dengan era percepatan zaman, seiring daya saing dunia yang berbasiskan teknologi. Bahkan di tengah pandemipun kita akan mampu bertahan hidup.
Oleh karena itu pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Provinsi Gorontalo, untuk mendongkrak perekonomian secara nasional terlebih menghadapi pandemi Covid-19, sehingga mau tak mau dan suka tak suka kita harus memiliki pengetahuan serta Skill untuk beradaptasi. Dimana para pedagang harus berjualan on line di rumah, para pekerja harus pintar menggunakan teknologi sebagai alat untuk Work From Home dan masih banyak lagi perubahan pola ekonomi akibat pandemi ini.
Di akhir catatan ini izinkan saya mengutip kalimat motivasi yang pernah disampaikan oleh Charles Drawin seorang ilmuwan penemu teori Revolusi, bahwa “Orang yang mampu bertahan hidup bukanlah dia yang Kuat, Kaya ataupun dia yang berkuasa, melainkan dia yang mampu beradaptasi”.
Semoga kita semua dapat beradaptasi di tengah pandemi Covid-19 demi untuk bertahan hidup di masa–masa yang akan datang. Aamiin (Adv)