
PROSESNEWS.ID — Dalam momentum peringatan Hari Santri Nasional, Yayasan Tunarungu Hellen Wimberty berkolaborasi dengan dosen Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT) IAIN Sultan Amai Gorontalo serta mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dari Yayasan Ulul Albaab untuk menyelenggarakan kegiatan inklusif bertajuk “Semarak Hari Santri di Yayasan Tuli Hellen Wimberty.”
Kegiatan ini berlangsung dengan penuh keceriaan dan diikuti oleh santri dengar dan santri tuli, melalui beragam agenda seperti lomba Qur’an Isyarat dan Bahasa Isyarat. Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah menumbuhkan rasa kebersamaan, memperluas wawasan keagamaan, serta mempertegas nilai kesetaraan antar santri tanpa memandang keterbatasan.
Dalam suasana yang hangat dan penuh semangat, para peserta menunjukkan antusiasme luar biasa. Santri tuli yang biasanya berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat tampak berbaur dengan santri dengar, mengikuti setiap kegiatan dengan gembira dan penuh percaya diri.
Salah satu panitia kegiatan, Indana, yang juga merupakan mahasiswa PPL, menyampaikan bahwa agenda ini menjadi momentum berharga dalam memperkuat nilai kesetaraan di lingkungan pendidikan Islam.
“Agenda ini menguatkan kesetaraan untuk mereka, santri dengar dan tuli, karena dalam agenda tersebut mereka merayakan bersama, juga mengikuti lomba bersama tanpa ada perbedaan,” ungkapnya.
Lebih dari sekadar peringatan, kegiatan ini juga menjadi wujud nyata sinergi antara lembaga pendidikan tinggi dan yayasan sosial dalam mewujudkan pendidikan Islam yang inklusif dan humanis. Kolaborasi ini membuktikan bahwa nilai-nilai Al-Qur’an dapat hadir dalam berbagai bentuk, termasuk melalui kepedulian sosial terhadap kelompok disabilitas.
Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Sultan Amai Gorontalo, Azwar Hairul, yang turut mendampingi mahasiswa PPL, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan tersebut. Menurutnya, pelibatan santri tuli dalam peringatan Hari Santri menjadi langkah penting dalam membuka ruang partisipasi keagamaan bagi semua kalangan.
“Pendidikan Islam seharusnya hadir untuk semua, tanpa batasan kemampuan. Apa yang dilakukan Yayasan Tunarungu Hellen Wimberty hari ini adalah contoh nyata bagaimana nilai inklusivitas bisa diwujudkan dengan sederhana namun bermakna,” paparnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh peserta — baik santri dengar maupun tuli — dapat terus menumbuhkan semangat belajar dan berperan aktif dalam mengamalkan nilai-nilai keislaman. Kegiatan ini menjadi pesan moral bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersama dalam kebaikan, melainkan kekuatan untuk saling melengkapi dalam bingkai kebersamaan dan kasih sayang sesama santri.













