PROSESNEWS.ID – Di balik kisah hidup Pian N Peda, ada jalan panjang yang ditempuhnya dengan ketekunan dan semangat. Dari pengalamannya sehari-hari, ia belajar meresapi setiap kejadian yang datang dan pergi, menuliskan kisah demi kisah yang sarat akan makna.
Hingga kini, tulisan-tulisan itu telah menjadi sejumlah buku yang membawa namanya lebih dikenal sebagai penulis. Karya-karyanya tidak hanya mencerminkan kepiawaian dalam merangkai kata, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual dan emosional yang mendalam. Di antaranya adalah:
1. Melukis Jalan Takdir – Novel
2. La Tahzan Innalaha Ma’anna – Novel
3. Dengan Doa Kumelepaskan – Novel
4. Menjelang Subuh di Sebuah Desa – Novel
5. Untukmu Generasi, Hanya Ini yang Kuwariskan – Antologi
Lahir dengan nama lengkap Ishak N Peda, Pian kini mulai dikenal oleh banyak pembaca di Gorontalo dan sekitarnya. Pria yang menamatkan studinya di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di IAIN Sultan Amai Gorontalo ini memang telah lama jatuh cinta pada dunia kepenulisan. Baginya, menulis bukan sekadar hobi, tetapi sebuah panggilan hati.
“Ada banyak hal yang menurut saya menarik, kadang lucu, atau justru menyedihkan. Rasanya seperti ada yang mendesak untuk dituangkan dalam kata-kata,” kenang Pian.
Sejak duduk di bangku kuliah semester dua, ia mulai menulis penggalan-penggalan cerita, mengabadikan momen-momen kecil dalam hidupnya yang terasa berarti.
Keputusan untuk menjadi seorang penulis tumbuh dari kegemarannya membaca novel. Dunia yang ia temukan dalam lembaran buku-buku fiksi memberinya perspektif baru, sekaligus tantangan untuk bisa melakukan hal serupa.
“Saya berpikir, kalau mereka bisa jadi penulis, kenapa saya tidak bisa? Ini semacam tantangan untuk diri sendiri,” tuturnya sambil tersenyum.
Tidak hanya menyimpan tulisannya di catatan pribadi, Pian memulai langkah awal dengan membagikan karya-karyanya di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Kompasiana. Tanggapan positif dari pembaca membuatnya semakin percaya diri untuk menjadikan tulisan-tulisannya sebagai karya yang lebih serius.
Selain sebagai penulis, Pian juga seorang jurnalis di media online, profesi yang membawanya pada perspektif baru tentang menulis. Dunia jurnalisme mengasah keterampilannya dalam menyampaikan informasi dengan lugas dan menyentuh, dua hal yang ia bawa pula dalam karya-karya novelnya. Pian melihat menulis sebagai cara untuk menggali dan memahami kompleksitas kehidupan manusia, terutama di daerahnya sendiri, Gorontalo.
Ketika ditanya soal motivasi di balik menulis, Pian menjawab dengan tenang, “Saya ingin menuangkan apa yang ada dalam pikiran saya, dan saya ingin menginspirasi orang lain. Menulis itu seperti warisan. Lewat tulisan, saya berharap bisa memberi sesuatu yang bermakna bagi pembaca, terutama bagi generasi muda.”
Tidak hanya produktif berkarya, Pian juga aktif dalam organisasi. Salah satu wadah yang membesarkan dirinya adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Di sini, ia tak hanya berperan sebagai anggota, tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan diskusi yang memperkaya perspektifnya dalam menulis.
Perjalanan Pian N Peda dalam dunia kepenulisan menunjukkan bahwa setiap orang memiliki cerita yang unik untuk dibagikan. Karyanya adalah bentuk dari kecintaannya pada kata-kata dan ketulusan dalam memahami pengalaman hidup, baik itu bahagia, sedih, ataupun yang membuat hati tersentuh. Lewat karyanya, Pian seakan mengajak pembaca untuk tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan.
Bagi Pian, menulis adalah cara untuk menyampaikan pesan pada dunia, menantang dirinya untuk terus berkembang, dan menginspirasi orang lain. Pian adalah bukti bahwa ketika seseorang berani bermimpi dan bekerja keras, tidak ada yang mustahil. Lewat kata-kata, ia melukiskan perjalanan hidup yang mungkin sederhana, namun penuh makna yang mendalam.