PROSESNEWS.ID – Menjelang hari pemungutan suara, situasi politik di Kota Gorontalo mulai memanas. Basis massa dari pasangan calon nomor urut 2, Ramli Anwar Ahmad dan Ana Supriyana Abdul Hamid (RAMAH), dilaporkan menjadi sasaran serangan politik uang.
Ketua Tim Pemenangan pasangan RAMAH, Nur Salam Karim, mengungkapkan bahwa sejumlah kantong suara atau basis pendukung pasangan RAMAH mulai disusupi dengan tawaran politik uang dan janji pemberian sejumlah uang.
“Sejak awal Haji Ramli dan Ibu Ana berkomitmen untuk tidak akan membeli suara rakyat, karena cara-cara seperti ini justru akan merusak demokrasi,” kata Nur Salam Karim.
Nur Salam menekankan bahwa praktik politik uang dalam kontestasi demokrasi saat ini berisiko membawa konsekuensi hukum bagi pemberi dan penerima, dengan sanksi pidana yang menanti kedua belah pihak.
“Ini bukan persoalan calon kami tidak memiliki uang. Namun, ini sudah menjadi komitmen dari Haji Ramli untuk tidak mau membeli suara rakyat,” tegasnya.
Meski demikian, Nur Salam menegaskan bahwa masyarakat tetap memiliki kebebasan untuk memilih siapa yang terbaik. Namun, ia mengingatkan bahwa pemimpin yang terpilih melalui politik uang cenderung akan lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok, dan mengabaikan kepentingan rakyat banyak.
“Akibatnya, ketika dia terpilih nanti, modal politik yang digunakan harus dikembalikan, sehingga pembangunan daerah tidak berjalan optimal dan kesejahteraan masyarakat terabaikan,” tutup Nur Salam Karim.
Tensi politik yang terus meningkat jelang pemungutan suara ini menjadi sorotan, seiring dengan munculnya isu-isu politik uang di tengah kontestasi yang semakin memanas.