PROSESNEWS.ID – Kegiatan Rakorbangnas yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara virtual (online) Kamis, 29 Juli 2021, dihadiri dan dibuka langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Saya buka Rakorbangnas BMKG hari ini,”ujar Kepala Negara dalam sambutannya.
Ia menyampaikan, adanya Rakor ini dapat memperkuat koordinasi antara BMKG dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam negeri. Sehingga, informasi yang diberikan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat.
Mengingat, ancaman bencana alam kerap mengintai setiap jengkal dari wilayah tanah air. Tercatat, berbagai kejadian bencana alam hidrometeorologi meningkat secara signifikan di dalam negeri seperti terjadinya siklon tropis ekstrem El Nino dan La Nina dari kurun periode 1981-2020 memiliki kecenderungan meningkat secara cepat saat ini dengan rata-rata mencapai 2- 3 tahunan.
Hal tersebut, bertolak belakang pada kejadian kedua badai itu di periode 1950-1980 yang kecenderungan terjadinya rata-rata berkisar 5-7 tahunan.
“Badai itu cenderung semakin cepat 2-3 tahunan dibandingkan periode sebelumnya yang hanya mencapai 5-7 tahunan,” tuturnya.
Selanjutnya, gempa bumi yang semakin tinggi intensitas, durasi, dan frekuensinya. Tercatat, dari periode 2008-2016 rata-rata kejadian gempa berkisar 5.000-6.000 kali. Seiring berjalannya waktu, pada 2017, Indonesia mengalami 7169 kali gempa bumi. Dan pada 2019, Indonesia mengalami 11500 kali gempa bumi.
Artinya, potensi bencana alam yang mengintai Indonesia semakin hari meningkat secara signifikan.
Oleh karena itu, informasi dari BMKG sangat diperlukan khalayak luas agar setiap informasi yang berkaitan dengan berbagai kondisi dapat diterima oleh masyarakat dengan baik. Alhasil, berbagai elemen masyarakat dapat membuat serangkaian langkah antisipasi terjadinya bencana.
Dengan asupan informasi yang tepat terkait potensi bencana, tentunya membuat kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana menjadi lebih baik. Sehingga, penanganan bencana alam dapat dilakukan secara optimal ke depan.
“Masyarakat juga perlu untuk mencari dan memanfaatkan informasi yang benar yang disediakan oleh sumber-sumber resmi. Sehingga tidak mudah terjebak pada kabel dan berita berita bohong,” pungkasnya.