PROSESNEWS.ID – Pada hari kedua program belajar di Museum, Senin (24/4/24), UPTD Museum Purbakala menghadirkan pengrajin karawo untuk mengajarkan sulaman khas Gorontalo kepada generasi muda.
Karawo, yang kini telah diakui sebagai warisan budaya tak benda, menjadi fokus dalam upaya melestarikan budaya dan tradisi Gorontalo.
Beberapa pengrajin karawo hadir untuk mengajar 50 peserta siswa menengah dan SLB. Mereka diajarkan motif-motif dasar, dengan fokus pada motif bunga berukuran kecil untuk para pemula.
Arfa Hamid, fasilitator gugus kendali mutu karawo menjelaskan, pengerjaan karawo untuk pemula memerlukan waktu sekitar lima hari. Salah satu tantangan utama adalah proses pengirisan dan pemotongan kain, di mana, kesalahan dapat membuat kain menjadi kusut dan sulaman tidak dapat dilakukan.
Dengan adanya kegiatan ini, Arfa berharap generasi muda dapat turut serta dalam melestarikan kerajinan karawo. Selain itu, pelatihan ini juga diharapkan membuka peluang bisnis bagi para peserta.
“Kami berharap peserta dapat memanfaatkan peluang ini untuk menambah pendapatan, karena karawo yang sudah jadi dapat dikreasikan menjadi berbagai produk seperti dompet, bros, atau cendera mata lainnya. Harga jualnya pun cukup menguntungkan mengingat proses pengerjaan yang rumit,” ujarnya.
Arfa juga menyambut baik kehadiran peserta laki-laki dalam kegiatan tersebut. Baginya, mongarawo (menyulam karawang) bukanlah pekerjaan eksklusif untuk perempuan, melainkan semua orang, terutama orang Gorontalo, dapat melakukannya.
Reporter: Dewi Agustina Musa