PROSESNEWS.ID – Sekitar tahun 2005, di sebuah ruangan sederhana di kompleks Biara St Fransiscus di kawasan APO Kota Jayapura, tampak berjajar ratusan loker kayu yang tersusun rapi. Rak-rak itu berisi boks setebal 10 cm dengan permukaan kaca. Di dalam boks itu tersusun rapi ribuan kupu asli Papua. Rupanya warna warni, bahkan ada yang terbesar dan yang terkecil. Semua sudah diawetkan.
Di box berkaca itu, setiap spesimen kupu-kupu diklasifikasi berdasarkan famili, sub famili, genus, dan spesies masing-masing. Bahkan setiap koleksi dilengkapi nomor koleksi, dan keterangan tempat dan waktu di mana kupu-kupu ditemukan, juga nama penemunya.
Seorang laki-laki Belanda dengan ramah menjelaskan bagaimana ia dan kelompoknya menemukan kupu-kupu tersebut. Laki-laki itu bernama Henk Van Mastrigt, ia seorang bruder kelahiran Belanda. Sejak 1974 Henk bertugas di Papua. Sejak saat itu pula ia mulai mengoleksi kupu-kupu. Tapi secara serius baru mulai akhir 80-an. Ia membentuk tim ekspedisi yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa Universitas Cenderawasih Papua. Kadang dibantu volunteer lain yang datang ke Jayapura.
Sampai akhir hayatnya ia telah mengoleksi lebih dari 72.000 spesimen kupu-kupu Papua. Koleksi kupu-kupu siang dan malam ini dari berbagai wilayah Papua, pantai maupun pegunungan. Awalnya bruder hanya koleksi kupu-kupu siang genus delias. Berkembang hingga semua famili dengan genus dan spesies di Papua, terutama kupu-kupu siang.
Bruder Henk meninggal 5 Agustus 2015. Sebelum meninggal ia memutuskan untuk menyerahkan semua koleksi kupu-kupunya di laboratorium yang kini disebut Laboratorium Koleksi Serangga Papua (KSP) Br Henk Van Mastrigt OFM. Laboratorium itu diresmikan 15 Januari 2016. Lokasinya berada di salah satu gedung Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Cenderawasih Jayapura. Laboratorium itu dilengkapi perpustakaan yang berisi koleksi buku-buku tentang serangga, terutama kupu-kupu.
Untuk mendapatkan kupu-kupu koleksinya, bruder Henk dan mahasiswa bimbingannya melakukan pengamatan di berbagai daerah di Papua. Mereka menelusuri hutan-hutan dan lembah di Papua untuk mengidentifikasi setiap jenis serangga bersayap ini. Mereka masuk pegunungan Cycloop yang membentang di Jayapura, Hutan Foja, Wondama, Pegunungan Arfak di Papua Barat dan Taman Nasional Lorenzt yang membentang dari puncak gunung bersalju Jayawijaya hingga Laut Arafura.
Untuk penelitian kupu-kupu, mereka menghabiskan waktu hingga satu bulan hidup di dalam hutan. Di daerah itu, bukan hanya ada kupu-kupu, tapi juga hewan lain yang sangat eksotik dan spesies yang dilindungi.
Jenis kupu-kupu di Papua sangat banyak. Menurut para ahli, 50% jenis kupu-kupu yang ada di Indonesia, ada di Papua. Ada juga jenis kupu-kupu endemik yang hanya makan dari flora khusus, yang jumlahnya terbatas. Di Arfak di Manokwari saja, ada 30 jenis kupu-kupu.
Saat ini, koleksi kupu-kupu di laboratorium Van Henk Mastrigt sudah lumayan lengkap. Bahkan famili kupu-kupu siang sudah bisa dibilang terlengkap di dunia. Sedang kupu-kupu malam masih perlu kerja keras untuk meneliti dan melengkapi, termasuk serangga lain
Apa beda kupu-kupu siang dan kupu-kupu malam? Keduanya adalah satwa serangga yang masuk ke dalam ordo “Lepidoptera”. Keduanya juga mengalami metamorfosis dari telur kemudian menetas menjadi ulat dan berubah menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu.
Bedanya terletak pada bentuk antena di kepala mereka. Kupu-kupu siang mempunyai ujung antena yang membulat, sedangkan kupu-kupu malam atau ngengat antenanya meruncing dan berbulu halus. Kupu-kupu siang mencari makan dan beraktivitas pada siang hari. Sedangkan ngengat beraktivitas pada malam hari.
Perbedaan lain, saat beristirahat kupu-kupu siang akan menutupkan kedua sayapnya. Sedangkan kupu-kupu malam sayapnya akan terbuka. Dan perpaduan warna sayap kupu-kupu siang bercorak variasi dan mencolok sedangkan kupu-kupu malam sebaliknya, monoton dan cenderung gelap, walau ada juga yang warna cerah.
Kupu-kupu jadi indikator perubahan lingkungan dan struktur tanaman sekitar. Dari telur sampai kupu-kupu dewasa, kupu-kupu hanya hidup di tanaman tertentu. Kupu-kupu menghisap nektar dari bunga. Kupu-kupu juga menghisap air mineral dari bebatuan dan pasir. Sumber makanan lain adalah kotoran burung, buah-buahan busuk, dan bangkai binatang.
Kupu-kupu juga bisa menjadi pendeteksi pencemaran wilayah. Jika ada tumbuhan inang sebagai sumber makanan, tetapi tak ada kupu-kupu, bisa jadi penanda tempat itu sudah tercemar. Itu pulalah yang menyebabkan jika dulu kita dengan mudah melihat ratusan jenis kupu nan indah hanya dalam jarak 500meter dari Kota Jayapura, kini harus berjalan jauh ke dalam hutan.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari
Sumber: Indonesia.go.id