PROSESNEWS.ID – Dari bangku Sekolah Dasar (SD) kita sudah diajari guru bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA).
Begitu kayanya negara kita ini, sehingga tidak sedikit negara-negara luar yang melirik dan ingin bekerja sama untuk pembangunan dan peningkatan ekonomi.
Adapun kekayaan Indonesia, di antaranya adalah minyak dan gas bumi (migas). Namun sayang, kekayaan itu belum bisa dieksplorasi secara maksimal, mengutip rilis Indonesia.go.id.
Cita-cita pun diusung agar negara ini bisa memproduksi migas pada 2030, yakni lifting minyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 Bscfd. Namun, untuk mencapai mimpi pastinya banyak tantangan yang dihadapi.
Wajar bila Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengingatkan pelaku industri hulu migas agar bisa mempertahankan tingkat produksi siap jual agar tidak mengalami penurunan.
Arifin mengatakan, pada tahun ini industri hulu minyak dan gas bumi masih menghadapi tantangan dalam mencapai target produksi siap jual atau lifting migas. Hal itu tecermin pada realisasi lifting migas semester I-2021 yang tidak mencapai target.’
“Tahun 2021 ini diharapkan menjadi tahun pembuktian ketangguhan industri hulu migas untuk mempertahankan produksi hulu migas, saya meminta untuk mengawal rencana strategis hulu migas,” katanya dalam acara pelantikan pejabat pimpinan tinggi di lingkungan SKK Migas, Selasa (27/07/2021).
Sepanjang semester I-2021, realisasi lifting minyak bumi adalah sebesar 667.000 barel per hari atau hanya 95 persen dari target lifting dalam APBN 2021 sebesar 705.000 barel per hari.
Sementara itu, realisasi lifting gas bumi tercatat sebesar 5.430 MMscfd atau 96 persen dari target tahun ini sebesar 5.638 Mmscfd. Arifin mengatakan, penurunan laju produksi perlu ditahan guna mencapai target produksi migas pada 2030 yakni lifting minyak 1 juta barel per hari dan lifting gas bumi 12 Bscfd.
Menjadi pertanyaan, bagaimana strateginya untuk mencapai mimpi itu? Arifin Tasrif pun mengemukakan kiatnya. Ada empat strategi utama yang perlu dilakukan oleh seluruh pelaku industri migas untuk mencapai target tersebut.
Pertama, mempertahankan level produksi saat ini melalui optimasi produksi pada lapangan eksisting. Melalui manajemen yang baik, pelaksanaan program kerja yang agresif, masif, serta efektif dan efisien.
Selain itu, pelaku migas juga diminta melakukan transisi wilayah kerja alih kelola secara cepat dan efektif, serta reaktivasi lapangan tidak berproduksi, menjadi kunci untuk menahan laju penurunan produksi alamiah di berbagai lapangan migas dengan kondisi mature/brownfield.
Kedua, melalui transformasi contingent resources menjadi produksi melalui pengawasan dan pengendalian yang baik terhadap pelaksanaan rencana pengembangan lapangan yang telah disetujui hingga percepatan monetisasi lapangan-lapangan yang belum dikembangkan.
“Selain itu, diperlukan pula perhatian khusus untuk pengembangan migas nonkonvensional di Indonesia,” ujar Arifin.
Ketiga, percepatan penerapan pemroduksian tahap lanjut baik secondary maupun tertiary recovery yang diharapkan untuk dapat memberikan kontribusi tambahan produksi minyak bumi nasional.
“Untuk mewujudkan cita-cita di tahun 2030, maka beberapa proyek EOR (enhanced oil recovery) harus segera direncananakan dan dieksekusi. Pemerintah juga mendorong KKKS untuk menjalin kerja sama strategis dengan pihak lain yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam pengembangan dan penerapan EOR,” tutur Arifin.
Percepatan Eksplorasi
Keempat, melalui peningkatan dan percepatan eksplorasi. Hal tersebut menjadi strategi yang tidak kalah penting dalam upaya peningkatan produksi migas nasional.
“Pemerintah akan senantiasa mendorong peningkatan kegiatan akuisisi dan kualitas data migas secara terintegrasi sehingga dapat menunjang kegiatan eksplorasi dan investasi hulu migas di Indonesia,” tandas Arifin.
Oleh karena itu, dia meminta agar pelaksanaan Komitmen Kerja Pasti (KKP) di wilayah terbuka diminta aktif memberikan keterbukaan akses data hulu migas. Itu menjadi salah satu upaya kunci untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi hulu migas di Indonesia.
“Saya meminta SKK Migas untuk terus melanjutkan perbaikan tata kelola hulu migas agar lebih efisien dan efektif, sehingga dapat mencapai target yang maksimal.”
Sebagai eksekutor pelaksanaan kegiatan migas, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pun berusaha memenuhi permintaan dari Menteri ESDM tersebut.
Unjuk kerja dari upaya itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada Juli 2021 telah berhasil menyelesaikan 7 proyek hulu migas dari target 12 proyek di tahun 2021. Bahkan, dari 7 proyek itu, investasi yang ditanamkan mencapai USD1,457 miliar (setara Rp21,12 Triliun) dan memberikan tambahan produksi minyak sebesar 9.850 Barrel Oil Per Day (BOPD) dan gas sebesar 474,5 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).
Menurut data SKK Migas, ke tujuh proyek hulu migas yang sudah onstream adalah EPF Belato2 Seleraya Merangin Dua, EOR Jirak Pertamina EP, KLD PHE ONWJ, Gas Supply to RU-V Pertamina Hulu Mahakam, West Pangkah Saka Indonesia Pangkah Ltd, Merakes Eni East Sepinggan dan North Area Jindi South Jambi Block B. Keberhasilan ini dapat menekan laju penurunan produksi alamiah yang terjadi.
“Kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah berhasil menyelesaikan 58,3% dari target. Kami optimis seluruh proyek hulu migas yang ditargetkan di tahun 2021 dapat diselesaikan semuanya karena lima proyek lainnya sedang dalam proses dan masih sesuai dengan perencanaan”, kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno di Jakarta, Selasa (29/6/2021).
Menurut Julius, di tengah situasi perekonomian yang belum pulih karena pandemi Covid-19, realisasi proyek hulu migas ini memberikan sumbangsih nyata untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mendukung bergeraknya perekonomian di daerah serta mendukung perusahaan nasional dan daerah untuk dapat terus bertahan mempertahankan kelangsungan bisnisnya.
Kinerja lainnya yang ditunjukkan SKK Migas adalah lembaga itu selama periode Semester I-2021 berhasil menghasilkan penerimaan negara sekitar USD6,67 miliar atau setara Rp96,7 triliun. Penerimaan sebesar ini adalah 91,7 persen dari target yang dicanangkan dalam APBN 2021.
Namun, seperti disampaikan Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto dalam kegiatan Jumpa Pers Kinerja Hulu Migas Semester I-2021 pada Jumat (16/7/2021), lembaga itu juga mendapatkan tantangan untuk merealisasikan sejumlah target yang ditetapkan pemerintah.
“Seperti juga dirasakan oleh sektor lain, pandemi Covid-19 memberikan tantangan yang cukup berat bagi industri hulu migas. Namun SKK Migas bersama KKKS menghadapi pandemi ini dengan melakukan usaha-usaha yang kreatif. Syukur pada Semester I-2021 ini kami berhasil memberikan penerimaan negara yang optimal,” ujar Dwi.
Dia mengakui bahwa tingginya penerimaan negara tidak lepas dari harga minyak yang berangsur membaik setelah sempat jatuh pada 2020 lalu. “Harga ICP (Indonesian Crude Price) menunjukkan kenaikan, bahkan per Juni 2021 mencapai USD70,23/barel. Momentum ini akan kami gunakan secara maksimal untuk mendorong KKKS agar lebih agresif dalam merealisasikan kegiatan operasi,” ujarnya.
Editor : Majid R