PROSESNEWS.ID – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membuka peluang pelatihan digital untuk mempertahankan produktivitas masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi, menyatakan, hal itu ditujukan untuk optimalisasi ekonomi digital dan memanfaatkan ruang digital secara produktif.
“Pengembangan sumber daya manusia di bidang digital menjadi perhatian Menkominfo Johnny G. Plate sesuai instruksi Presiden untuk melakukan percepatan transformasi digital nasional. Di masa pandemi Menkominfo terus genjot program SDM digital dan menjangkau jutaan peserta,” tuturnya dalam Konferensi Pers Virtual Pertahankan Produktivitas Masyarakat di masa Pandemi, Menkominfo Terus Genjot Program SDM bidang Digital Jangkau Jutaan Peserta, dari Jakarta, Kamis (22/07/2021).
Jubir Kementerian Kominfo menyatakan sektor informatika dan komunikasi merupakan satu-satunya sektor yang tumbuh dalam tiga kuartal tahun 2020.
“Secara kumulatif di tahun 2020 sektor informatika dan komunikasi tumbuh 10,58% cummulative to cummulative. Artinya sektor ini memiliki peluang yang luar biasa Untuk dioptimalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tuturnya.
Melihat peluang itu, Jubir Dedy Permadi menilai ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan masyarakat dengan Program Pengemangan SDM Kementerian Kominfo.
“Bagaimana kita mengoptimalkan sumber daya manusia Indonesia untuk bisa bersaing di ruang digital mulai dengan Program Literasi Digital Nasional, Digital Talent Scholarship, Digital Leadership Academy dan Institut Digital Nasional University,” paparnya.
Tingkatkan Keahlian Digital
Kementerian Kominfo terus berkomitmen meningkatkan keahlian dan kemampuan digital masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dimulai dari program Literasi Digital Nasional, telah disediakan lebih dari 12,4 juta program pengembangan sumber daya manusia di level paling dasar. Program tersebut merupakan kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk belajar literasi digital.
“Sampai hari ini sudah ada 2,6 juta masyarakat Indonesia yang mengikuti pelatihan literasi digital. Cara mengikuti program ini dapat diakses informasinya dengan mengakses media sosial Kominfo,” ujarnya
Program Literasi Digital Nasional menghadirkan 4 modul literasi digital, antara lain kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
“Di dalamnya masyarakat juga bisa belajar bagaimana memanfaatkan gadget atau HP, komputer dan laptop untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan produktif,” jelasnya.
Menurut Jubir Dedy Permadi, program pertama dalam pengembangan SDM digital itu akan menjangkau sekitar 50 juta masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.
“Jadi bagi masyarakat yang belum memanfaatkan kesempatan ini bisa bisa segera ikut, karena masih ada kesempatan sekitar 10 juta slot pelatihan literasi digital,” tandasnya.
Program kedua yakni Digital Talent Scholarship ditujukan kepada lulusan SMA dan perguruan tinggi. Menurut Jubir Kementerian Kominfo, program DTS memberikan pelatihan dengan intensitas lebih tinggi daripada program Literasi Digital Nasional.
“Program ini pasti menarik karena akan memperkenalkan terkait dengan kecakapan-kecakapan baru di era digital, ini sangat penting karena memang membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar terkait dengan kecakapan digital,” tuturnya
Jubir Dedy Permadi menjelaskan program tersebut menyediakan 100 ribu kursi untuk masyarakat Indonesia. Hingga saat ini telah terdaftar 56.921 peserta, sedangkan masih ada kesempatan lebih dari 40 ribu peserta untuk mengikuti program DTS.
Menurut Jubir Kementerian Kominfo, program DTS memiliki 7 pelatihan akademi, antara lain Fresh Graduate Academy, Vocational School Graduate Academy, Professional Academy, Talent Scouting Academy, Thematic Academy, Government Transformation Academy, dan Digital Entrepreneurship Academy.
“Betapa komprehensifnya program yang ditawarkan oleh Kementerian Kominfo untuk bisa menjangkau masyarakat atau kaum milenial, kaum muda, untuk belajar terkait talenta digital,” paparnya.
Jubir Dedy Permadi menyatakan khusus untuk program Digital Leadership Academy (DLA) bersifat terbatas, yaitu hanya untuk 300 slot. Namun, program DLA dibuat dengan sangat lebih eksklusif untuk pemimpin era digital.
“Untuk para leader di bidang digital, baik dari unsur pemerintah maupun unsur swasta bisa mengikuti program ini tentu dengan mengikuti proses seleksi yang ada,” ujarnya.
Program DLA yang akan diluncurkan pada Agustus 2021 mendatang, nantinya dipisah menjadi dua sektor, yakni 150 peserta mendapatkan pelatihan pemimpin era digital di sektor publik atau pemerintahan, dan 150 peserta lainnya di sektor swasta.
“Program ini memang dirancang untuk memberikan pemahaman dan penguatan pengalaman para pemimpin, untuk bisa mengenal ekosistem digital yang lebih komprehensif di universitas kelas dunia. Program DLA bekerja sama dengan National University of Singapore (NUS), Tsinghua University di Tiongkok, dan Harvard University,” imbuhnya.