Prosesnews.id
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
Prosesnews.id
No Result
View All Result
Home Traveling

Merasakan “The Lords of The Rings” di De Djawatan

Majid Rahman by Majid Rahman
15 Mar 2021 11:34
in Traveling
Hutan wisata De Djawatan di Banyuwangi, Jawa Timur. ANTARA FOTO/ Budi Chandra Setya

De Djawatan adalah hutan mini seluas empat hektare di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki koleksi trembesi berusia lebih dari 100 tahun.

Kabupaten Banyuwangi yang berada di ujung timur Pulau Jawa memiliki koleksi obyek wisata alam yang begitu lengkap. Tak hanya Taman Nasional Alas Purwo, dengan wisata Pantai Plengkung yang berombak besar dan kerap menggoda turis-turis mancanegara.

Ada juga, Taman Nasional Baluran dengan kondisi alam mirip seperti taman-taman nasional di Afrika, yang nyaris kering hampir sepanjang tahun. Lantaran itulah taman nasional tersebut dijuluki Little Africa From Java.

Ada pula wisata danau kawah vulkanik di puncak Gunung Ijen yang terletak di ketinggian 2.779 meter di atas permukaan laut. Danau kawah sedalam 200 meter dan luas 5.466 hektare (ha) itu merupakan danau air asam terbesar di dunia dan memiliki fenomena api biru (blue fire) di dasarnya. Fenomena langka ini hanya dapat dilihat ketika tak ada cahaya, atau pada dini hari.

Tetapi tunggu dulu, wisata alam Banyuwangi tidak hanya Pantai Plengkung, Alas Purwo, Baluran, dan Kawah Ijen. Ada lagi lokasi wisata alam lainnya yang tak kalah serunya dan wajib dikunjungi meski pada masa pandemi seperti sekarang. Namanya hutan wisata De Djawatan yang berlokasi di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring. Hutan seluas 4 ha tersebut berada di bawah pengelolaan Perum Perhutani wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyuwangi Selatan.

Pohon trembesi merupakan tumbuhan mayoritas di De Djawatan sekaligus menjadi daya tarik utama. Ini adalah alasan terbesar pengunjung untuk datang berwisata ke kawasan sejuk yang resmi masuk dalam daftar obyek wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi sejak Juni 2018. Tumbuhan bernama ilmiah Samanea saman tersebut tumbuh subur di De Djawatan dengan ketinggian 25-30 meter dari permukaan tanah.

Menurut Administratur Perhutani KPH Banyuwangi Selatan Panca Putra Sihite, pohon-pohon trembesi di De Djawatan jumlahnya ratusan batang, sepertiganya berusia 100-200 tahun. Trembesi dikenal sebagai pohon hujan karena kemampuan besarnya dalam menyerap air sehingga menyebabkan dahannya begitu lembab dan menjadi rumah paling nyaman bagi tumbuhan epifit, seperti jenis paku-pakuan. Rumput-rumputan pun ikut tumbuh subur di sekitar trembesi.

Pohon asli Amerika Selatan ini dapat cepat tumbuh membesar dengan karakteristik khas, yaitu belasan dahan pohonnya meliuk-liuk melebar membentuk kanopi atau payung. Kesuburan tanah latosol berunsur hara yang memadai di kawasan De Djawatan ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pohon-pohon trembesi hingga tinggi menjulang dan membuat kawasan sekitarnya menjadi teduh.

Siluet Indah

Daun-daun trembesi memang tidak selebar daun pohon mangga, tapi memberikan keuntungan berupa kemampuan menghadirkan sebuah atraksi alam yang indah, terutama di siang hari saat cuaca cerah. Itu terjadi ketika sinar mentari berlomba-lomba menyelinap masuk menembus sisi-sisi dahan kecil dan batang besar trembesi dan jatuh ke permukaan tanah. Terjangan sinar mentari di antara daun-daun dan dahan trembesi membentuk siluet indah dan pemandangan ini dapat dengan mudah ditemukan di De Djawatan setiap harinya.

Selintas, De Djawatan dengan lebatnya hutan trembesi ditambah kanopi alami beserta efipit dan siluet indah sinar mentari karya Sang Pencipta mirip dengan penggambaran hutan pada film layar lebar The Lords of The Rings. Film trilogi fenomenal karya sutradara Peter Jackson ini banyak mengambil latar kawasan hutan di kampung halamannya, Selandia Baru. Salah satunya Taman Nasional Kaitoke di North Island, Wellington. Taman nasional seluas 2.500 ha ini dalam film dikisahkan sebagai Rivendell, tempat tinggal kaum Elven.

Begitu juga penggambaran hutan lebat Mirkwood di Dunia Tengah pada kisah versi novel The Lord of The Rings karya sastrawan legendaris Inggris, John Ronald Reuel Tolkien, yang hidup antara 1892-1973. Tolkien menggambarkan lebatnya Mirkwood seperti Puzzlewood, hutan alam hijau seluas 14 ha di Coleford, Gloucesteshire, Inggris, dikarenakan ia kerap menyinggahinya.

Karena alasan itu pula, tak sedikit dari pengunjung yang menyebut De Djawatan sebagai hutan The Lords of The Rings dan kemudian foto-fotonya menjadi viral di media sosial pada 2017. Semakin seringnya masyarakat yang mengunjungi kawasan sejuk ini pascaviral menjadi alasan pemerintah setempat menjadikannya sebagai obyek wisata alam.

Lingkungan hutan ini pun ditata ulang agar menarik untuk dikunjungi sekaligus sebagai pelepas penat, dengan tambahan ratusan meter jalan setapak beralas tanah, pemagaran pohon-pohon trembesi raksasa, dan tambahan fasilitas toilet dan musala. Di beberapa sudut disediakan pula bangku-bangku terbuat dari kayu jati. Agar pengunjung tak cepat lelah, pengelola menyediakan fasilitas delman. Pengelola juga menyediakan sudut-sudut cantik bagi para pengunjung untuk berfoto dengan latar pohon pohon trembesi raksasa.

Sebelum terkenal sebagai obyek wisata seperti sekarang ini, masyarakat Benculuk lebih mengenal hutan ini sebagai Tapel Pelas. Selama puluhan tahun, bahkan sejak masa kolonial Belanda, Tapel Pelas dijadikan lokasi tempat penimbunan kayu (TPK) dan hasil hutan yang dikelola Perhutani.

Ramai Dikunjungi 

Setelah lokasi TPK dipindahkan ke Desa Gaul, Kecamatan Purwoharjo dan Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo, Tapel Pelas pun mulai hening dan tak ada lagi aktivitas pekerja menumpukkan kayu-kayu hasil hutan. Sisa-sisa potongan kayu gelondongan yang bertumpuk-tumpuk masih bisa disaksikan di sekitar De Djawatan.

Sejak menjadi obyek wisata, Dinas Pariwisata Banyuwangi mencatat setiap harinya De Djawatan dikunjungi sekitar 300 orang dan hampir 1.000 orang pada akhir pekan. Salah satu pengunjung istimewanya adalah Ketua DPR RI Puan Maharani Sukarnoputri yang berkunjung pada 2 Maret 2021.

Pengelola juga mengutip tiket masuk tak lebih dari Rp5.000 per orang dan tarif delman sekitar Rp15.000 per orang. Di awal pandemi, obyek wisata ini sempat ditutup untuk umum, yakni pada 12 Maret hingga 21 Juli 2020.

Dan setelah dibuka kembali, pengelola mengeluarkan aturan ketat bagi para pengunjung termasuk penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak selama di De Djawatan. Kalau tidak memakai masker, pengelola akan melarang pengunjung masuk.

Obyek wisata ini jaraknya sekitar 45 kilometer arah barat pusat kota Banyuwangi dan dapat ditempuh dengan perjalanan darat paling lama sekitar 60 menit. Berada di jalur utama Banyuwangi-Jember arah selatan, sebenarnya tak sulit untuk menemukan lokasi cantik ini karena sudah dilengkapi penunjuk jalan. Jika memakai kendaraan umum, bisa menaiki bus antarkota jurusan Banyuwangi-Jember atau Banyuwangi-Surabaya dari Terminal Karangente dan turun di pertigaan Benculuk lalu menyambung menggunakan jasa ojek.

Bagi mereka yang belum pernah ke kawasan De Djawatan, bisa saja kebablasan ketika sampai di pertigaan lampu merah Benculuk. Pasalnya, papan penunjuk jalan ke De Djawatan berukuran agak kecil. Itulah sebabnya, mesjid besar bernama Masjid Jami Al-Falah Benculuk atau Masjid Benculuk biasa dijadikan sebagai patokan. Masjid ini berada di sisi kanan jalan dari arah Kota Banyuwangi.

Pintu masuk menuju De Djawatan ditandai dengan sebuah gerbang desa setinggi 5 meter dan lebar 7 meter lengkap dengan dua pilar besar. Pengunjung harus menyusuri jalan desa selebar 4 meter sejauh 100 meter hingga bertemu gerbang berpagar besi dengan tulisan mencolok De Djawatan di dalam lokasi obyek wisata. Supaya mudah, disarankan untuk mengaktifkan sistem navigasi daring pada alat komunikasi agar lebih cepat menuju De Djawatan.

Penulis : Anton Setiawan
Redaktur : Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari
Tags: banyuangiDe Djawatanhutan minikoleksi trembesiObyek WisataPulau JawaTaman Nasional Alas PurwoTravelingtrembesiWisata Alam
ShareTweetSendSharePin

Berita Terkait

Dibagikan Gratis, Ratusan Makanan Ringan Hiasi Tugu Tani Isimu

by Editor
7 Okt 2022
0

PROSESNEWS.ID - Ada yang menarik perhatian pengguna jalan Trans Sulawesi, Desa Isimu, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Dimana Patung Tani, yang...

Foto Cover: Museum Tsunami Aceh. (Shutterstock/Reza Sanova)

Destinasi Dark Tourism, Edukasi untuk Generasi Muda

by Majid Rahman
8 Sep 2021
0

PROSESNEWS.ID - Pengembangan konsep pariwisata belakangan semakin unik dan menarik. Kalau biasanya wisatawan diajak ke tempat yang indah-indah dan memesona,...

Tak Disangka, Wisata di Pulau Ini Mampu Bersaing dengan Wisata Desa Kelas Dunia

by Majid Rahman
5 Sep 2021
0

PROSESNEWS.ID - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mendorong potensi ekonomi kreatif berupa...

Foto : MC Batang/Roza/Zumadi

Sesuai Namanya Ujung Senja, Suasanya Keren

by Majid Rahman
4 Sep 2021
0

PROSESNEWS.ID – Wisata kekinian yang berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah satu ini, cocok buat kamu yang hobi mengisi hari...

Kupu-kupu Ornithoptera goliath atau biasa dikenal dengan Goliath Birdwing. Salah satu kupu-kupu yang hidup di tanah Papua. IST

Mengenal Kupu-kupu Malam Papua

by Majid Rahman
2 Sep 2021
0

PROSESNEWS.ID - Sekitar tahun 2005, di sebuah ruangan sederhana di kompleks Biara St Fransiscus di kawasan APO Kota Jayapura, tampak...

Load More

Komentar DonkBatalkan balasan

Trending

Peristiwa

Ricuh di Bandara Djalaluddin, Massa Mengamuk hingga Mobil Dibakar

by Editor
18 Des 2025
0

PROSESNEWS.ID - Suasana Bandara Djalaluddin Gorontalo yang semula kondusif mendadak berubah mencekam. Puluhan massa tiba-tiba mencoba menerobos kawasan bandara, pada...

Gusnar Ismail Teken MoU UHC Prioritas, Jamin Akses Kesehatan Warga Gorontalo

18 Des 2025

Jelang Tahun Baru, Harga Pangan di Pasar Sentral Gorontalo Terpantau Stabil

17 Des 2025

Kasus Kekerasan Anak di Gorontalo Meningkat, Ini Penjelasan Kadis DP3A

19 Des 2025

UNG Masuk Jajaran Badan Publik Paling Informatif Tahun 2025

17 Des 2025

Ada 3 Kualifikasi Utama CPNS 2026, Berikut Penjelasan KemenPAN-RB

15 Des 2025

TERBARU

BPTD Kelas II Gorontalo Siagakan Personel dan Fasilitas Selama Tahun Baru

19 Des 2025

Kasus Kekerasan Anak di Gorontalo Meningkat, Ini Penjelasan Kadis DP3A

19 Des 2025

Gusnar Ismail Teken MoU UHC Prioritas, Jamin Akses Kesehatan Warga Gorontalo

18 Des 2025

Ricuh di Bandara Djalaluddin, Massa Mengamuk hingga Mobil Dibakar

18 Des 2025

UNG Kirim Tim Medis Bantu Korban Banjir di Aceh

18 Des 2025
  • Home
  • Tentang
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

©2025 Prosesnews.id. All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis

©2025 Prosesnews.id. All Rights Reserved.