Produk olahan unggas Indonesia menembus pasar Qatar. Setelah sebelumnya Jepang, dan sejumlah negara Asia lain.
Pada Rabu 24 Februari 2021, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, melepas ekspor perdana produk olahan unggas dari PT Charoen Pokphand Indonesia ke Qatar, secara virtual. Jumlahnya sebanyak 3,29 ton dengan nilai Rp220 juta. Kali ini merupakan pengiriman perdana dari total kontrak dengan Qatar sebesar 21,6 ton sepanjang 2021.
Ekspor ke Qatar ini diharapkan bisa menjadi pintu masuk produk-produk olahan unggas asal Indonesia ke kawasan Timur Tengah. Selain Qatar, Indonesia juga kirim produk olahan unggas ke Jepang. Pengiriman produk olahan unggas ke Jepang ini sebanyak 6 ton dengan nilai Rp250 juta. Ini merupakan repeat order kesekian kalinya sejak 2018 ke PT Charoen Pokphand. Tidak hanya produk olahan unggas, dilakukan juga ekspor lanjutan enam kontainer pakan unggas ke RDTL, sekitar 120 ton dengan nilai Rp740 juta.
“Repeat order ini menunjukkan bahwa produk Indonesia semakin digemari. Saya juga ingin mengucapkan selamat dan apresiasi kepada PT Charoen Pokphand Indonesia atas realisasi ekspor unggas dan produknya pada 2020 sebesar 2 juta USD ke negara Jepang, Papua Nugini, dan Timor Leste,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Limpo berharap, gairah ekspor ini juga dapat memotivasi bagi pelaku usaha lain untuk tetap berupaya melakukan percepatan ekspor komoditas peternakan lainnya. Dengan memastikan kualitas, kuantitas, kontinuitas, serta efisiensi usaha agar mampu bersaing dengan negara lain.
Berbagai komoditas peternakan Indonesia saat ini diketahui telah mampu menembus pasar dunia. Misalnya, daging ayam olahan, sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, produk susu olahan, ternak babi, kambing dan domba hidup, sampai ke produk larva kering.
Limpo mengatakan, melalui gerakan tiga kali lipat ekspor pertanian (GRATIEKS), Kementan berkomitmen untuk mendorong peluang ekspor lebih besar bagi para pelaku usaha peternakan dan kesehatan hewan. Baik skala besar, menengah, bahkan mikro, serta para peternak yang siap ekspor untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
“Dengan adanya Program GRATIEKS kami targetkan pertumbuhan nilai ekspor peternakan tiga kali lipat pada 2024,” tutur Limpo.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor komoditas peternakan periode bulan Januari–Desember 2020 tercatat mencapai 325.442 ton dengan nilai USD964.653.078 atau setara Rp13,5 triliun. Catatan ini menunjukkan volume ekspor meningkat sebesar 14,45% dan nilai ekspor meningkat sebesar 38,89%. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 (yoy), di mana volume mencapai 284.349 ton dengan nilai setara Rp10,4 triliun.
Ekspor komoditas peternakan Indonesia hingga saat ini telah mampu menembus pasar internasional, yakni seperti daging ayam olahan, day old chick (DOC), hatching egg (HE), sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, daging wagyu, produk susu olahan, ternak babi, kambing dan domba hidup sampai ke produk larva kering (black soldier fly) ke berbagai negara seperti Jepang, Myanmar, PNG, Timor-Leste, Malaysia, Inggris, Australia, Benin, Tiongkok, Hongkong, Taiwan, Singapura, Korea, Vietnam, Perancis, dll, hingga totalnya mencapai 97 negara di dunia.
Lancarnya ekspor produk peternakan Indonesia karena produk Indonesia telah memenuhi standar kelayakan ekspor internasional. Mereka telah memiliki sertifikat kompartemen bebas avian influenza, sertifikat nomor kontrol veteriner (NKV), sertifikat produk halal, sertifikat sistem manajemen mutu sesuai ISO 9001 dan ISO 22000, dan yang paling utama telah mampu melewati audit ketat dari Chief Veterinary officer-Ministry of Agriculture Forestry and Fisheries Jepang (CVO-MAFF).
Penulis : Eri Sutrisno Redaktur : Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari