Oleh: Funco Tanipu (Founder The Gorontalo Institute)
PROSESNEWS.ID – Dalam kalender, Pemilu 2024 menyisakan waktu sekitar 159 hari atau 25 minggu lagi. Tapi, jika dihitung secara lebih efektif, waktu “kerja” politisi termasuk Caleg, praktis tinggal 58 hari.
Lho kenapa bisa “tinggal” 58 hari?
Kenapa 58 hari, karena tiap minggu tidak mungkin ada yang kerja bisa 24/7 atau 24 jam dalam 7 hari. Itu tidak mungkin.
Bisa dihitung sederhana; seminggu itu hanya bisa sekitar 4 hari efektif. 3 hari untuk keluarga dan diri sendiri. Dari waktu efekftif 4 hari per minggu pun, tidak mungkin 24 jam sehari dihabiskan untuk kerja politik. Pasti ada agenda pribadi, misalnya tidur, makan, mandi, main hp, termasuk rebahan. Belum ditambah “mager” alias malas gerak atau balata’o-balata’o (rebahan).
Dalam sehari, aktivitas untuk agenda pribadi, paling tidak memakan waktu 10 jam sehari. Berarti tinggal 14 jam yang efektif per hari.
Sehingga perhitungannya yakni 25 minggu x 4 hari yakni 100 hari. Lalu 100 hari dikalikan 14 jam efektif (per hari) berarti ada sekitar 1400 jam yang tersisa sebelum Pemilu 2024 untuk anda para Caleg. 1400 jam itu sama dengan 58 hari.
1400 jam atau 58 hari itu sangat tipis, karena anda (jika misalnya baru kali ini ikut Pemilu) berarti harus mencari “sumber daya” untuk bergerak, harus membangun jaringan baru, membangun popularitas, memperkuat likeabilitas (ketersukaan, atau bagaimana anda bisa disukai) hingga memastikan keterpilihan anda.
Syarat-syarat di atas tidak bisa kualitatif atau sekedar dapat masukan dari tim sukses, ring satu, tangan kanan, dan circle anda; “pokoknya, aman ti pak pa saya sana, warga itu bolo ba tunggu saya pe perintah“, atau “hi iyoma ju ti tati to kambungu loodungohe tanggulo li pak“, atau “he du’a li tatiye to tihi lo kambungu turusi ti pak botiye, bo atie dipo le dingingo tihi lingoliyo“.
Ada juga “ali tatiey boyito penu bo pulsa, modungohu tingoliyo“, dan yang unik “ma ilo tohilopa li tatiye ngo kambungu ti pak boti, iyo-iyomo pake pake jas, madelo ma polantikan“.
Ukuran-ukuran kualitatif-subyektif jika masuk ke telinga Caleg pemula lumayan “beken sanang talinga“. Dan, ada “kaidah umum”; harus “ba lucur” dengan “ba siram“. Di sisi lain, “harus jelas’.
Kalo tidak, akan keluar jawaban ancaman pamungkas : “ti tatiey to kambungu boyito mahe nao mao lo caleg uwewo, bo pilele mao latiya, pohulata kode“.
Nah, 1400 jam atau 58 hari itu, akan ada model dan gaya dari “penyintas” politik, yang biasa main “dua kaki, “lima kaki” hingga “kaki saribu”. Yang ilmu tersebut sudah diupdate selama beberapa kali Pilkda dan Pemilu, semakin canggih.
Tapi, Pemilu butuh angka pasti, sangat kuantitatif. Selain ilmu dasar dalam politik lokal harus disesuaikan : “jangan cuma bisa kali-kali, tambah-tambah, dengan kurang-kurang, tapi juga debo harus tahu bagi-bagi”.
Walaupun kategorinya sudah “pragmatis”, tapi itu fakta kontestasi politik pada ranah lokal.
Jika popularitas anda dibawah, apalagi ketersukaan rendah, gagasan anda “taap”, jaringan anda cuma hanya dalam satu marga “baku kanal” itu pun cuma karena “dorang hitung” keluarga. Maka, “resources” untuk cost harus anda siapkan. Butuh energi maksimal dalam 1400 jam atau 58 hari dalam meningkatkan itu.
Waktu 58 hari itu sangat tipis. Dan saya yakin, tidak semua Caleg punya hitungan detail soal jumlah pemilih, nama, alamat, keyakinan pemilih tersebut sudah berapa persen memilih anda, berapa banyak keluarga atau teman yang bisa dia ajak, hingga bagaimana dia mentransfer gagasan anda pada lingkungannya.
Jangan sampai narasi yang didistribusi itu hanya sekedar “orang bae dia”. Narasi “orang bae” apalagi “kancang te rajal” pasti membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Praktek “pragmatis” di masyarakat karena berasal dari konstruksi wacana “orang bae“, “kancang“, “jelas” dll.
Oleh karena itu, harus ada keseimbangan dalam agenda 58 hari. Tidak boleh tunggal, apalagi cuma modal “kuti-kuti” pada saat serangan fajar.
Harus diingat, bukan cuma anda yang siap “bakuti-kuti“, yang lain juga. Karenanya, membangun narasi, personal branding dan kualifikasi personal anda dilakukan dengan cara yang harus hati-hati.
Membangun reputasi penting, tapi tidak sekedar anda membagikan “quote”, “kata-kata mutiara” yang entah anda copot dari mana, ditambah gambar anda sebagai pemanis, yang itu anda bagikan di whatsapp story, facebook, instagram story, dll, yang itu terus terang sangat membosankan.
Oleh karena itu, waktu 58 hari yang sangat pendek, membuat anda harus kurangi “mager“, dan hal-hal tidak produktif lainnya.
Selamat memasuki etape 58 hari, rencanakan dengan baik, persiapkan mental, perbaiki hubungan yang telah rusak, perbanyak modal sosial, dan pada intinya sejauh dan sekeras apa pun anda, Allah sebagai penentu, serahkan pada-Nya setiap urusan dalam setiap tarikan nafas dan gerak ikhtiar anda.