PROSESNEWS.ID – Seksi Pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Keswa Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melaksanakan Workshop Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM) Tingkat Provinsi Gorontalo bertempat di Hotel Grand Q, Selasa (18/8/2020).
Plt Kepala dinas Kesehatan, Misranda Nalole dalam sambutannya menyampaikan Indonesia mengalami beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular yang masih menjadi masalah, sementara penyakit tidak menular (PTM) juga semakin meningkat.
“Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi,” kata Misranda.
Prevalensi kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas 2013) menjadi 1,8 persen, prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen dan penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
“Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur,” ujar Misranda.
Yang paling mengkhawatirkan adalah prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, pada 2013 sebesar 7,2 persen (Riskesdas 2013), 8,8 persen (Sirkesnas 2016) dan 9,1 persen (Riskesdas 2018).
Data proporsi konsumsi minuman beralkohol pun meningkat dari 3 persen menjadi 3,3 persen. Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1 persen menjadi 33,5 persen dan 0,8 persen mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan.
Hal lainnya adalah proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk 5 tahun, masih sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5 persen.
Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan strategi global dalam pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap daerah.
“Negara saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan Penyakit Tidak Menular (PTM),” tutur Misranda.
Perubahan pola penyakit tersebut menurut Misranda sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi, ekonomi dan sosial budaya.
Peningkatan akibat PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, merokok dan alkohol.
Meningkatnya kasus PTM secara signifikan, menurut Misranda, diperkirakan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan biaya yang besar dan memerlukan teknologi tinggi. Hal ini dapat terlihat dari data BPJS tahun 2017, biaya pelayanan kesehatan terbesar pada PTM yaitu jantung, stroke, diabetes melitus.
“Untuk itu dibutuhkan komitmen bersama dalam menurunkan morbiditas, mortalitas dan disabilitas PTM melalui intensifikasi pencegahan dan pengendalian menuju Indonesia sehat, sehingga perlu adanya pemahaman yang optimal serta menyeluruh tentang besarnya permasalahan PTM dan faktor risikonya pada semua pengelola program disetiap jenjang pengambil kebijakan dan pelaksanaan,” ujar Misranda. (Ads)