Presiden Jokowi meninjau sentra perikanan tangkap di Lamongan. Terbesar di Jawa Timur. Usaha akuakultur juga berkembang. Lamongan layak menjadi destinasi investasi perikanan.
Bertolak jam 07.00 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, sekitar pukul 9.30 WIB, Presiden Joko Widodo sudah merapat ke dermaga pelabuhan nelayan Brondong, Lamongan, yang berjarak sekitar 90 km dari Kota Surabaya, Kamis (6/5/2021). Lokasi yang dituju adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong yang berada pelataran yang sama dengan dermaga pelabuhan kapal ikan.
Didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Presiden Jokowi meninjau situasi sekeliling. Yakni, melihat kapal-kapal penangkap ikan, fasilitas TPI, kemudian berlanjut dengan dialog bersama nelayan, pedagang, dan pelaku usaha perikanan lainnya.
‘’Kondisi nelayan di sini tidak ada masalah dan bisa melaut seperti biasanya, normal. Hasilnya juga normal,” kata Presiden Jokowi. Situasi pandemi tidak menyurutkan aktivitas ekonomi perikanan di Lamongan.
Menanggapi keluhan nelayan, Presiden cepat menyanggupi untuk melakukan pengerukan di area pelabuhan, serta merenovasi dan meninggikan dudukan lampu haluan untuk memudahkan nelayan melakukan bongkar muat di malam hari. “Sudah saya sampaikan, dalam 2-3 bulan akan dilakukan pengerukan. Lampu haluan minta diperbaiki dan ditinggikan, juga saya sanggupi,” ujar Presiden Jokowi.
Kunjungan Presiden Jokowi ke Pelabuhan Brondong itu juga bisa dimaknai sebagai apresiasi Kepala Negara pada subsektor perikanan, yang bersama subsektor pertanian dan kehutanan, menunjukkan daya tahannya menghadapi pandemi. Sektor perikanan, kehutanan, dan pertanian bisa tumbuh 2,15 persen year on year (yoy), pada 2020. Pada kuartal I-2021, sektor ini pun tumbuh 2.95 persen (yoy) di tengah perekonomian nasional yang masih terkontraksi 0,74 persen (yoy).
Dengan pertumbuhan yang konsisten pada empat kuartal di 2020, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi bantal pengaman, sehingga perekonomian nasional tidak sampai tersuruk masuk ke resesi yang terlalu dalam. Perekonomian Indonesia terkontraksi 2,07 persen di 2020 (yoy). Tidak terlalu buruk dibanding Singapura (– 5,4 persen), Malaysia (-5,6 persen), Thailand (- 6,1 persen), dan Filipina (-9,5 persen).
Terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional 2020, kontribusi subsektor perikanan ini mencapai 3,7 persen. Adapun gabungan petanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 14,5 persen pada PDB pada 2020, terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan yang kontribusinya 19,8 persen.
Andalan Jawa Timur
Kabupaten Lamongan layak menjadi model bagaimana subsektor perikanan bekerja memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Hanya bermodal garis pantai sepanjang 47 km, para pelaku usaha perikanan tangkap (laut) di Kabupaten Lapongan, yang diperkuat sekitar 20 ribu nelayan, sanggup memproduksi 79,8 ribu ton berbagai jenis ikan pada 2020. Menurut laporan Dinas Perikanan setempat, ada kenaikan 3,7 persen dibanding 2019 (yoy).
Demikian halnya dengan perikanan budi daya, baik usaha tambak air payau maupun kolam air tawar, produksinya mencapai 59,7 ribu ton pada 2020. Ada kenaikan 4,1 persen dibanding 2019. Tak hanya produksi ikan yang meningkat. Secara umum, menurut laporan Dinas Perikanan Lamongan, yang dirilis terbuka secara online, indeks kesejahteraan nelayan dan pelaku budi daya perikanan itu pun meningkat, dari 127 menjadi 159. Sebuah lompatan yang signifikan.
Dengan produksi ikan tangkap (laut) sebesar 79,8 ribu ton, Lamongan berkontribusi 18,6 persen ke Provinsi Jawa Timur. Tak pelak, Lamongan adalah produsen terbesar di Jawa Timur. Ia melampaui produksi ikan dari daerah-daerah tapal kuda seperti Pasuruan, Situbondo, Bondowoso, dan bahkan Banyuwangi yang terkenal dengan pelabuhan nelayannya di Muncar.
Dalam hal perikanan budi daya, Lamongan pun tangguh. Dengan produksi 59,7 ribu ton membuat kabupaten seluas 1,815 km2 dan berpenduduk 1,37 juta jiwa itu termasuk dalam lima besar sentra produksi ikan budi daya di Jawa Timur. Lamongan hanya kalah dari Kabupaten Sumenep, Bangkalan, yang keduanya di Pulau Madura, kemudian Gresik dan Sidoarjo.
Secara nasional, perikanan tangkap Lamongan memberikan sumbangan 4,7 persen pada 2020. Pada tahun yang sama, kontribusi ikan hasil budi dayanya (akuakultur) sekitar 1 persen.
Dari kolam air tawar Lamongan diproduksi ikan nila, ikan mas, dan tawes. Pada kolam air payaunya dihasilkan bandeng, yang produksinya mencapai 19 ribu ton per tahun, ikan kerapu dalam jumlah terbatas, dan primadonanya adalah udang vaname dengan angka produksi tak kurang dari 15.000 ton per tahun.
Sekitar 35–40 persen hasil perikanan Lamongan masuk ke sektor hilir, yakni industri pengolahan. Hampir selusin industri pengolahan hasil perikanan tumbuh di sekitar Pelabuhan Brondong, yang berjarak sekitar 40 km dari Kota Lamongan. Sebagian hasil industri pengolahan itu untuk pasar ekspor ke AS (Amerika Serikat), Eropa, Jepang, Korea, dan sejumlah negara Asean.
Sebagian lainnya masuk ke industri pengolahan rakyat. Produksinya untuk pasar domestik (dalam negeri). Selebihnya, baru diperdagangkan sebagai ikan segar untuk dipasok ke sejumlah kota besar Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Usaha perikanan di Lamongan itu sudah mapan. Para nelayannya mampu berlayar jauh, melewati batas perairan Laut Jawa. Para pelaku akuakulturnya juga telah teruji dari waktu ke waktu. Udang Vaname Lamongan punya daya saing ekspor yang kuat. Lamongan layak menjadi destinasi investasi di sektor industri perikanan. Apalagi, produksi perikanan tangkap masih mungkin ditingkatkan.
Pemerintah Kabupaten Lamongan pun pada tahun anggaran 2020 hanya membelanjakan Rp1,9 miliar untuk menstimulasi sektor perikanan ini, baik tangkap maupun budi daya. Prioritasnya ialah para pelaku usaha yang berdaya saing lemah. Mereka dibantu baik dalam hal produksi, pengemasan, hingga pemasaran. Hasilnya, produktivitas meningkat.
Melengkapi catatan sebagai daerah yang produktif, Lamongan pun terkenal sebagai gudang beras Jawa Timur. Produksinya mencapai 930 ribu ton gabah kering giling atau setara 530 ribu ton beras, yang tertinggi di Jawa Timur.
Penulis: Putut Trihusodo Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari