
PROSESNEWS.ID – Menyusul gelombang unjuk rasa yang terjadi di beberapa kota, ribuan mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG) hari ini turun ke jalan menggelar aksi demonstrasi di Kota Gorontalo. Aksi ini diprakarsai oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNG dan hingga sore hari.
Massa aksi memulai pergerakan dari kampus UNG dengan menyusuri Jalan Panjaitan hingga menuju Bundaran Saronde, salah satu titik sentral di Kota Gorontalo. Di lokasi tersebut, massa aksi berusaha menyampaikan aspirasi mereka, namun tidak mendapat tanggapan langsung dari Gubernur Gorontalo, Kapolda Gorontalo, maupun Ketua DPRD Provinsi Gorontalo yang mereka harapkan hadir untuk berdialog.
Tidak berhenti di situ, massa aksi kemudian bergerak menuju rumah dinas Gubernur Gorontalo untuk kembali menyuarakan tuntutannya. Dalam orasi yang disampaikan beberapa orator, mahasiswa membawa sejumlah isu besar yang mereka bagi dalam dua kategori, yakni isu nasional dan isu daerah.
Untuk isu nasional, mahasiswa menyoroti dugaan tindakan represif aparat kepolisian terhadap massa aksi di berbagai daerah. Mereka menuntut agar Polri bertanggung jawab atas penangkapan, kekerasan, hingga dugaan pembunuhan terhadap demonstran. Selain itu, mahasiswa juga menuntut pencopotan Kapolri yang dinilai menutup mata terhadap praktik kekerasan aparat.
Mereka mendesak agar anggota Polri yang melakukan tindakan represif segera dihukum serta menuntut pembebasan seluruh massa aksi yang masih ditahan. Tidak hanya itu, mahasiswa juga menekankan perlunya reformasi institusi Polri yang dianggap menyimpang dari tugas pokok dan kewenangan.
Sementara untuk isu daerah, mahasiswa menyoroti aktivitas pertambangan ilegal yang dinilai mencemari lingkungan. Menurut mereka, pembangunan di daerah harus memperhatikan aspek ekologi dan keberlanjutan agar tidak merugikan masyarakat dan merusak alam Gorontalo.
Aksi ini menunjukkan solidaritas mahasiswa Gorontalo terhadap isu nasional sekaligus keberpihakan mereka pada masalah-masalah daerah. Hingga berita ini diturunkan, massa aksi masih bertahan di sekitar rumah dinas gubernur sambil terus menyuarakan tuntutannya.















