PROSESNEWS.ID – Dalam perjalanan menuju Kabupaten Parigi Moutong (Parimo). Para peserta tour Jelajah Wisata Sulawesi (JWS) 2020 singgahi pura Gel-Gel di Desa Banggili, Kecamatan Banggili, Kabupaten Parimo. Senin, (24/02/2020).
Singgahnya para rombongan JWS yang dipimpin langsung Gubernur Rusli Habibie, bermula saat paserta melihat beberapa orang keluar dari pura menggunakan pakaian adat agama Hindu.
Merasa tertarik. Atas inisiasi Gubernur Rusli, iring-iringan kenderaaan tour Jelajah Wisata Sulawesi (JWS) 2020 pun dihentikan sejenak tepat di depan pura tersebut.
Rasa penasaran, satu persatu rombongan turun kendaraannya. Tak lama kemudaian datang beberapa orang keluar dari pura. Dalam kesempatan itu, semua peserta mulai menyalami orang-orang di sekitar pura.
Berselang waktu kemudian, barulah keluar tokoh agama Hindu. Lantas Gubernur Gorontalo dan semua rombongan disambut dengan baik. Segera Rusli kemudian menjelaskan maksud dan tujuannya singgah di pura tersebut.
Perbincangan yang hangat pun terjadi antara Rusli dan Tokoh agama Hindu tersebut. Barulah setalah bicara, semua peserta JWS dipersilahkan masuk untuk melihat-lihat aktifitas di dalam.
Ummat Hindu yang saat itu baru menyelesaikan upacara Odalan begitu ramah. Nampak penyambutan kepada peserta JWS sangat lah tulus. Sampai dipersilahkan untuk melihat keindahan tempat ibadah mereka.
Wayan Sweta saat dimintai keterangannya, mengatakan odalan memiliki makna yang dipercaya akan membawa umatnya ke dalam sebuah kehidupan beragama yang lebih baik. Upacara odalan merupakan sebuah ritual untuk menghormati Dewa yang berada di sebuah Pura.
“Kami melaksanakan upacara ini setiap enam bulan sekali. Dengan menggunakan metode perhitungan yang didasarkan pada Pakuwon Bali,” jelasnya.
Begitu kental rasa persaudaraan yang dimiliki Ummat Hindu, begitulah kata JK Merah Putih Community (JKMPC) H. Bakrie. Ia menyadari toleransi dan keberagaman sangat berkaitan erat dengan eksistensi komunitasnya itu. sebab katanya, sebutan Merah Putih merupakan lambang ke-bhinekaan.
“Bhineka tunggal ika melambangkan bahwa kita boleh berbeda, tapi kita diikat oleh satu tali, yaitu pancasila,” ungkapnya. (Ads)