Prosesnews.id
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
Prosesnews.id
No Result
View All Result
Home Opini

Covid-19 dan Rendahnya Kepercayaan Publik

Majid Rahman by Majid Rahman
4 Jul 2021 11:13
in Opini
Azman Asgar
Penulis : Azman Asgar

COVID-19 kembali menggila, laporan terakhir yang disampaikan langsung oleh Presiden RI, kasus positif Covid-19 bertambah 21.807 menjadi 2.178.272 kasus. Pasien sembuh bertambah 10.807 menjadi 1.880.413 orang. Pasien meninggal bertambah 467 menjadi 58.491 orang (30/06).

Laporan ini menandakan bahwa bangsa ini sedang berjuang keras untuk selamat dari ganasnya penularan Covid-19, Baru-baru ini saja putri dari mendiang Sukarno ibu Rahmawati dan Legenda dalang Indonesia dikabarkan meninggal dunia akibat terjangkit Covid-19.

Jika melihat tren kenaikan populasi yang terjangkit dan minimnya deteksi dini secara massal, besar kemungkinan angka yang disuguhkan merupakan angka mereka yang sudah terpapar, dan menimbulkan gejala sedang maupun kritis, di luar itu masih banyak yang terinfeksi tanpa gejala sedang berkeliaran dan menularkan kepada orang lain, bahkan bisa jadi ada di sekeliling kita semua, itu berarti angkanya bisa lebih banyak dari yang ada.

Kita tentunya sangat prihatin dengan banyaknya jumlah yang terpapar dan meninggal dunia akibat virus corona. Tapi yang paling menyedihkan adalah rendahnya kepercayaan publik terhadap ganasnya Covid-19 itu sendiri.

Mengapa demikian?

Rendahnya kepercayaan publik terhadap corona virus tentunya tidak timbul begitu saja, ada kondisi-kondisi materil yang melanggengkan itu semua menjadi sebuah Collective Turth. Rendahnya kepercayaan ini bisa menjadi kendala serius di tengah beragam kebijakan pemerintah menekan angka penularan Covid-19.

Membangun kepercayaan publik dalam sebuah relasi negara dan warga negara, bukan perkara mudah di era post-modernisme dan Post-truth saat ini. Apalagi ketidakpercayaan itu lahir dari kebijakan yang seringkali menyimpang dari kesepakatan sosial.

Maju dan mundurnya peradaban sebuah bangsa, tidak lepas dari tingginya kepercayaan publik pada sesuatu hal yang rasional dan ilmiah. Termasuk kepercayaan publik pada setiap kebijakan yang dihasilkan oleh kekuasaan.

Di tengah keganasan corona virus, membangun kepercayaan publik terhadap semua sumber informasi yang otoritatif, amatlah penting untuk mempermudah usaha menekan laju penularan covid-19.

Sebelum melacak latar belakang rendahnya kepercayaan publik, ada baiknya kita berselancar pada sebuah konsep teori kepercayaan terlebih dahulu.

Carnevale dan Wechler berpendapat “bahwa kepercayaan merupakan suatu sikap yang menganggap bahwa individu atau kelompok bermaksud baik, adil dan atau sesuai dengan moral etika”. Sementara menurut Francis Fukuyama, “kepercayaan adalah harapan yang timbul dari masyarakat di mana semua anggota harus bertindak dalam batas norma, keteraturan, kejujuran dan kerjasama”.

Job dan Putnam (tranter dan skribs, 2009) membagi dua faktor yang mempengaruhi kepercayaan.

Pertama, Faktor rasional, faktor ini bersifat strategis dan kalkulatif, orang dapat di percaya karena keahlian khusus atau jabatan profesional, sementara yang kedua, faktor relasional. Faktor relasional bersifat efektif dan moralistis, kepercayaan ini berakar dari etika, teori ini terkondisi dari dari budaya dan pengalaman, baik pengalaman individu maupun kelompok.

Dari teori dan faktor yang mempengaruhi sebuah kepercayaan itu, kita kemudian sampai pada bagaimana relasi masyarakat sebagai pemberi kepercayaan (trustor) dan pemerintah sebagai penerima kepercayaan (trustee).

Relasi Trustor dan trustee ini seringkali timpang, tidak jujur, tidak adil, bahkan jauh dari kesepakatan yang sudah di bangun berdasarkan konsitusi, maupun kesepakatan-kesepakatan sosial lainnya. Akibatnya, ketidakpercayaan pada sebuah informasi, maupun kebijakan, sering kali dianggap lelucon dan sekedar lips service belaka.

Sialnya, dalam kasus corona virus di Indonesia, ketidakpercayaan itu semakin berada pada titik yang menghawatirkan keselamatan kita semua. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap semua informasi yang dikeluarkan otoritas pemerintah, bisa disebabkan oleh dua faktor yang disebutkan Job dan Putnam.

Dalam penanganan corona virus, pemerintah cenderung gagap dan gugup. Itu bisa kita lacak dari awal kemunculan corona virus di Indonesia, yang paling irasional yakni menunjuk Menko Luhut Binsar Panjaitan sebagai “panglima” penanganan corona virus di Indonesia plus dengan jajaran pejabat tinggi militer, bagi saya ini kurang tepat.

Harusnya dalam menangani pandemi, pemerintah lebih menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat, punya keahlian khusus dan profesional. Sehingga segala kebijakan yang berhubungan dengan penekanan angka penularan corona virus, bisa terukur dan bisa lebih konsisten. Kita tidak kekurangan ahli epidemiologi, mereka yang seharusnya di tunjuk memimpin “perang” melawan pandemi, tidak justru menko kemaritiman, ini semakin memperparah penanganan pendemi di tanah air.

Ketidakpercayaan publik terhadap corona virus, juga bisa dipengaruhi oleh budaya dan pengalaman masyarakat. Coba cek kembali, sudah berapa banyak masyarakat kita mendapat ketidakadilan dari kebijakan, ketidakjujuran, hingga kebijakan yang sering tidak konsisten. Ini semua membekas dalam ingatan masyarakat. Pada akhirnya segala informasi yang bersumber dari otoritas pemerintah, cenderung dianggap sebagai ketidak seriusan pemerintah, terhadap kesepakatan yang sudah dibangun.

Tidak sedikit kebijakan pemerintah yang inkonsiten di tengah mengganasnya corona virus di tanah air. Bahkan cenderung diskriminatif. Ambil saja contoh soal pembatasan aktifitas warga, tapi di sisi lain pariwisata bagi warga asing terus dibuka, pelarangan mudik bagi masyarakat, sementara di saat bersamaan aktifitas bandara internasional dibiarkan melayani pengangkutan orang dari satu negara ke negara lainnya, di saat larangan hajatan pernikahan di masyarakat dilakukan, pejabat sekelas presiden dan mentrinya justru sibuk hadiri pernikahan Aurel dan Atta Halilintar.

Saya tidak sedang membela kerumunan warga atau aktifitas yang mempercepat penularan covid 19. Bagi saya itu juga berbahaya bagi keselamatan kita bersama, wajib untuk di tentang. Tapi titik penekanan kritik saya tertuju pada sikap dan kebijakan pemerintah yang justru menjadi akar rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap covid 19. Padahal covid 19 itu nyata dan sudah banyak menelan korban jiwa.

Saat ini kita butuh solidaritas dan soliditas bersama untuk memutus rantai penularan covid 19, itu semua bisa dikerjakan atas dasar kepercayaan yang kuat. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan, harus lebih serius menyelamatkan warganya, fokus pada penanganan pandemi, bukan yang lain-lain. Berkacalah dari pemerintahan Selandia Baru, Fiji dan Taiwan.

Tiga negara itu memperlihatkan kita tentang bagaimana kepercayaan itu dibangun, dan bagaimana kepercayaan itu menjadi penting dalam memutus rantai penularan Covid-19. Mereka fokus pada keselamatan warganya. Semua tempat yang menimbulkan keramaian dan berpotensi mempercepat penularan corona virus, sementara harus ditutup oleh pemerintah. Baik tempat layanan publik, maupun jenis usaha swasta, semua demi keselamatan warganya.

Kita mungkin sudah terlambat, tapi tidak boleh berhenti berusaha. Bangun kembali kepercayaan publik, dengan kebijakan yang memberi rasa adil dan lebih jujur. Mulailah dengan konsisten dan serius, agar kita semua bisa cepat keluar dari ganasnya pandemi ini.

Penulis adalah Juru Bicara Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) Sulawesi Tengah (Sulteng)
Tags: Covid-19Google News InitiativeKepercayaan PublikOpini
ShareTweetSendSharePin1

Berita Terkait

Gunawan Rasid

Menilai IMI Fest Berpotensi Korupsi Adalah Pandangan Dangkal

by Editor
10 Agu 2025
0

Gunawan Rasid Oleh : Gunawan Rasid PROSESNEWS.ID - Polemik dana Rp 100 juta dari pos Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo untuk...

Molo’opu, Mololopu dan Peringatan Bencana Bagi Kepala Daerah

by Editor
8 Mar 2025
0

Dr. Funco Tanipu, ST., M.A (Dosen Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo) PROSESNEWS.ID - Kepala Daerah dan Wakil...

Gean R.B

Kali Kedua Rachmat Gobel ‘Tantang’ Prabowo Subianto Di Gorontalo

by Editor
15 Okt 2024
0

Gean R.B Penulis : Gean R.B PROSEDNEWS.ID, OPINI - Siapa sangka Pilpres 2024 kemarin Rachmat Gobel (RG) mendatangkan Calon Presiden...

Masyarakat Gorontalo Diminta Segera Laporkan Oknum yang Terlibat Aktivitas Ilegal

by Editor
8 Okt 2024
0

PROSESNEWS.ID - Menyikapi berbagai isu terkait keterlibatan oknum anggota kepolisian dalam aktivitas ilegal, Polda Gorontalo dengan tegas menegaskan komitmennya untuk...

Pelakor: Perubahan Pola Pikir Perempuan Zaman Now

by Editor
20 Mei 2024
0

Sitti Rachmi Masie (Dosen Fakultas Sastra dan Budaya, UNG)  PROSESNEWS.ID - Beredarnya banyak kasus melalui media berita, merisaukan perempuan dari...

Load More

Komentar DonkBatalkan balasan

Trending

Peristiwa

Pelecehan oleh Wakasek SMA di Gorontalo Terungkap, 4 Siswi Jadi Korban

by Editor
4 Des 2025
0

PROSESNEWS.ID - Kabar mengejutkan datang dari salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Gorontalo. Seorang oknum guru yang juga...

Polemik Kebijakan Dana Desa Tidak Dibayarkan, Kades Tuntut PMK 81 Dicabut

5 Des 2025

Kades Prima Didemo Warga, Dituntut Mundur karena Salah Kelola Anggaran

5 Des 2025

Timsel KPID Gorontalo Tegaskan Transparansi Seleksi, Ini Peserta yang Lolos

5 Des 2025
Oplus_131072

Potensi Gagal Bayar Dana Desa, Ini 5 Solusi dari Kemendes PDT

5 Des 2025

Dinas Kearsipan Gorontalo Mulai Uji Coba Penataan Arsip di 2 OPD

5 Des 2025

TERBARU

Sekretariat Dekot Sapu Bersih Juara Dana-Dana dan Yel-Yel di HUT Korpri 2025

5 Des 2025

Wagub Idah Ajak Perempuan Ambil Peran Lebih Besar di Pemerintahan

5 Des 2025

Gorontalo Catat Kemajuan Besar Usai 25 Tahun Berdiri

5 Des 2025
Oplus_131072

Potensi Gagal Bayar Dana Desa, Ini 5 Solusi dari Kemendes PDT

5 Des 2025

Timsel KPID Gorontalo Tegaskan Transparansi Seleksi, Ini Peserta yang Lolos

5 Des 2025
  • Home
  • Tentang
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

©2025 Prosesnews.id. All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis

©2025 Prosesnews.id. All Rights Reserved.