PROSESNEWS.ID – IMF menyarankan, untuk jangka pendek dengan berlanjutnya ketidakpastian dari sisi ekonomi global, para pembuat kebijakan harus mampu untuk terus fokus mempertahankan fleksibilitas kebijakan, melindungi buffers, dan menghadapi kerentanan ekonomi dengan baik.
“Didukung dengan respons kebijakan yang tepat pada 2018, ekonomi Indonesia berperforma baik kendati ada tekanan kuat dari eksternal. Outlook-nya positif walaupun risiko mulai terlihat,” kata Chief of Indonesia dari IMF Luis Breuer, Jumat (17/5/).
Adapun PDB Indonesia pada 2018 mencapai 5,2% dan diharapkan untuk tetap terjaga di level tersebut pada tahun ini. Breuer menjelaskan penopangnya adalah pertumbuhan permintaan domestik yang kuat dan ditopang oleh pulihnya kredit perbankan.
Inflasi juga stabil sebesar 3,1% pada akhir 2018 dan diperkirakan juga tetap di sekitar 3,1% nantinya pada akhir tahun ini yang mencerminkan kenaikan harga makanan, listrik, dan bahan bakar yang terbatas disertai kebijakan makroekonomi ang ketat.
Sementara defisit neraca berjalan yang melebar menjadi 3% dari PDB pada 2018 sebagian besar menurut Breuer lebih disebabkan oleh impor barang-barang infrastruktur dan turunnya harga komoditas ekspor.
“Sebagai tambahan, mengetatnya kondisi keuangan global berujung pada penurunan tajam aliran portofolio bersih, yang dikombinasikan dengan aliran FDI yang lemah, hasilnya adalah defisit neraca pembayaran,” tutur Breuer.
Selanjutnya, defisit neraca berjalan diperkirakan bisa berkurang secara bertahap pada tahun ini dan hingga jangka menengah dengan neraca pembayaran secara keseluruhan bisa kembali positif.
“Risiko untuk outlook Indonesia mulai terlihat dan utamanya datang dari eksternal, termasuk meningkatnya tensi perdagagangan, mengetatnya kondisi keuangan global, pertumbuhan China yang lebih lemah dari perkiraan, dan perubahan besar harga komoditas. Sementara itu, reformasi baru dari pemerintah terpilih diharapkan dapat meningkatnya keyakinan, investasi, dan pertumbuhan,” kata Breuer.