Untuk menguatkan semangat Kampus Merdeka di kalangan dosen, Kemendikbudristek meluncurkan beberapa program.
Pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) unggul untuk mencapai Indonesia Maju telah mendorong program Merdeka Belajar dari tingkat pendidikan dasar-menengah hingga Kampus Merdeka.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kini didorong mewujudkan SDM perguruan tinggi yang mumpuni melalui pelbagai program inovatif Kampus Merdeka. Pendidikan tinggi merupakan salah satu lembaga kunci dalam peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Melansir data Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek sampai 2020, total jumlah dosen mencapai 296.040. Meliputi laki-laki sebanyak 166.979 dan perempuan sebanyak 129.062. Yang berpendidikan S1 ada 15,38%, S2 sebanyak 70,12% dan S3 ada 14,5%.
Sebanyak 255.301 sebagai dosen tetap di PTN/PTS, dosen PNS DPK 8.730, dan dosen tidak tetap 32.169. Kampus masih banyak membutuhkan dosen bergelar doktor maupun profesor. Adapun dari total jumlah mahasiswa di Indonesia sudah mencapai 8.325.013.
Persyaratan tersebut tentu bisa diraih jika ada sejumlah riset dan penelitian memadai yang ditempuh para pengajar maupun periset di kampus. Tapi kenyataannya berbeda. Di era Kemenristekdikti pada 2019 ditargetkan 150 jurnal nasional terindeks jurnal bereputasi internasional seperti Scopus dan Web of Science per tahun. Target tersebut sebagai salah satu upaya untuk membawa Indonesia sebagai bagian dari negara maju di bidang ilmu pengetahuan dan riset.
Kemenristek/BRIN (sekarang Kemendikbudristek) mengeluarkan hasil Akreditasi Jurnal Ilmiah Periode I-2020. Hasilnya sebanyak tujuh jurnal terakreditasi Science and Technology Index (Sinta) 1 yang memungkinkan untuk terindeks Scopus, penelusuran melalui Scimagojr ternyata tidak semua jurnal Sinta 1 telah terindeks Scopus. Sebanyak 38 jurnal asal Indonesia dikategorikan sebagai jurnal internasional bereputasi, di antaranya 1 Q1, 12 Q2, sisanya Q3, dan Q4.
Pejabat Kemenristek/BRIN menuturkan, jika negara dengan kultur riset yang kuat dan berkualitas biasanya memiliki paling sedikit 300 jurnal terindeks jurnal internasional. Menurutnya, kualitas dan kuantitas jurnal ilmiah di sebuah negara sangat berkorelasi dengan kualitas sumber daya manusia di perguruan tinggi.
Oleh karena itu, untuk mendorong transformasi perguruan tinggi sekaligus menguatkan semangat Merdeka Belajar-Kampus Merdeka di kalangan dosen, Kemendikbudristek telah meluncurkan beberapa program dengan pendanaan pemerintah maupun dana mandiri. Program-program tersebut diselenggarakan untuk mengakselerasi SDM dosen. Di antaranya, Program Beasiswa Gelar dan Nongelar bagi SDM pendidikan tinggi akademik dan vokasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam mengatakan, program tersebut di antaranya World Class Professor (WCP), yaitu program yang mengundang profesor kelas dunia dari berbagai perguruan tinggi ternama dalam negeri/luar negeri sebagai profesor kunjungan untuk ditempatkan di berbagai PT di Indonesia.
Kemudian, ada program magang bagi dosen muda ke perusahaan ataupun industri dan program magang bagi tenaga kependidikan di kampus yang lebih tinggi kualitasnya untuk bisa lebih mengadopsi tata kelola yang lebih baik.
Di samping itu, ada juga program kemitraan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dengan guru. Program ini bisa menjadi solusi atas masalah di kelas sehingga bisa terjembatani sekaligus memperkuat guru di lapangan.
Selanjutnya, ada program detasering, yaitu program berbagi dari dosen-dosen perguruan tinggi unggul yang saling berbagi antarperguruan tinggi.
Untuk program WCP ada sekitar 70 orang pesertanya, program kemitraan dosen dan guru dengan sasaran dosen LPTK sekitar 45 orang, program detasering kira-kira untuk 70 orang, bridging course sekitar 25 orang, program beasiswa S2/S3 bagi dosen dan calon dosen sekitar 1.000 lebih beasiswa S3 di dalam maupun luar negeri, dan sertifikasi kompetensi untuk kualifikasi kompetensi internasional dalam bidang tertentu ada sekitar 160 orang.
Kemudian, program magang dosen di industri ataupun lembaga riset di dalam maupun luar negeri, terdapat sekitar 370-an orang. “Ada pula Scheme for Academic Mobility and Exchange (SAME) untuk menggairahkan kembali (recharging) pengembangan SDM sekitar 20 orang, post doctoral sekitar 20 orang, dan erasmus mobility sekitar 60 orang,” tutur Dirjen Dikti Nizam, dalam acara bertajuk “Sosialisasi Program Beasiswa Gelar dan Nongelar bagi SDM Pendidikan Tinggi Akademik dan Vokasi” secara daring, Selasa (11/5/2021).
Kemendikbudristek mengajak para dosen maupun calon dosen agar segera mendaftarkan diri dalam program-program pendidikan tinggi dari Kemendikbudristek. Untuk program magang dapat mengunjungi laman kompetensi.sumberdaya.kemdikbud.go.id/ dan untuk program microcredential dapat mengunjungi laman kampusmerdeka.kemdikbud.go.id. Kemudian untuk beasiswa S2/S3 bisa ke laman beasiswa.kemdikbud.go.id/.
Ditjen Vokasi Kemendikbudristek juga memiliki program beasiswa. Beasiswa tersebut, antara lain, untuk pendidikan S1/D4 bagi calon guru SMK. Selanjutnya ada beasiswa pendidikan untuk dosen dan calon dosen perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi (PTPPV), program bridging course vokasi, program kampus merdeka vokasi, program magang dosen dan tendik PTPPV, program sertifikasi dosen dan tendik PTPPV, program riset keilmuan terapan, program praktik kerja lapangan bersertifikat bagi siswa SMK (dalam dan luar negeri), dan program project based learning atau magang bersertifikat guru SMK (dalam dan luar negeri).
Penulis: Kristantyo Wisnubroto Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari