Nelayan sekarang tak lagi harus menebak-nebak dimana posisi ikan yang jumlahnya melimpah. Dengan aplikasi Laut Nusantara, mereka bisa mengetahui posisi dan merencanakan penangkapan ikan.
Melansir Indonesia.go.id, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan aplikasi Laut Nusantara berbasis android. Aplikasi ini untuk mempermudah para nelayan menangkap ikan di laut. Lewat aplikasi Laut Nusantara, nelayan dapat merencanakan kegiatan penangkapan ikan dengan lebih baik.
Aplikasi ini juga menyajikan informasi terkini kondisi cuaca di laut sebagai acauan untuk keselamatan nelayan selama melakukan penangkapan ikan, mencakup arah dan kecepatan angin serta gelombang laut. Hadirnya aplikasi ini ditujukan sebagai motor penggerak transformasi budaya nelayan dari “mencari ikan” menjadi “menangkap ikan” melalui pemanfaatan teknologi informasi.
Hanya dalam satu genggaman aplikasi, nelayan dapat merencanakan kegiatan penangkapan ikan dengan lebih baik, mulai menentukan secara mandiri lokasi penangkapan ikan terdekat, estimasi kebutuhan BBM, dan estimasi harga jual. Dalam mengembangkan aplikasi ini, Balai Riset dan Observasi Laut BRSDM bersinergi dengan PT. XL Axiata Tbk. Meskipun mereka kerja sama dengan XL Axiata, semua platform bisa menggunakan aplikasi ini.
Sejak pertama kali diluncurkan pada 2018, Laut Nusantara telah diunduh lebih dari 55 ribu pengguna dan disosialisasikan di 28 wilayah di Indonesia. Melalui kinerja Laut Nusantara dan inovasi pelayanan digital KKP lainnya, KKP juga telah memperoleh anugerah Keterbukaan Informasi Publik pada 2020.
Aplikasi ini mengombinasikan data-data satelit. Data-data observasi dan pemodelan yang dipadukan semua. Jadi, ini real time. Setiap hari diperbarui datanya. Sampai saat ini aplikasi ini sudah versi kelima yang dikombinasikan antara lokasi ikan secara nasional kemudian lokasi ikan secara spesies. Update terbaru aplikasi ini kini sudah tersedia Play Store.
Saat ini terdapat pengembangan berupa fitur baru yang mampu menunjukkan tiga jenis ikan dengan nilai ekonomis tinggi, yaitu yellow fin tuna, blue fin tuna, dan tuna albacore. Sebelumnya telah ada pada aplikasi Laut Nusantara yaitu ikan lemuru, tuna mata besar, dan cakalang. Tuna dan cakalang punya nilai permintaan yang tinggi di Indonesia dan pasar internasional.
Tuna sirip kuning, tuna sirip biru, dan albacore memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Berdasarkan data Pusat Informasi Pelabuhan KKP, harga tuna sirip kuning di kisaran Rp50 ribu per Kg dan tuna sirip biru sekitar Rp100 ribu per Kg. Sementara itu, Albacore sekitar Rp50 ribu per Kg. Jika sampai tingkat konsumen, harga jual bisa mencapai hingga 3 kali lipatnya. Sementara itu di pasar internasional, seekor tuna Bluefin harganya pernah menembus rekor dunia yakni Rp25 miliar dengan bobot 276 kg.
Pada 2017, Indonesia memasok lebih dari 16 persen produksi tuna dan cakalang dunia. Karena itu, keduanya dan juga tongkol oleh menjadi program prioritas bidang perikanan tangkap oleh KKP. Sementara itu, lemuru merupakan ikan khas dan spesifik di selat Bali, yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi.
“Keberadaan fitur baru pendeteksi ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi merupakan terobosan dalam upaya meningkatkan pendapatan para nelayan dengan mengubah paradigma nelayan dari mencari ikan menjadi menangkap ikan. Dalam aplikasi ini, informasi ditampilkan secara sederhana untuk membantu nelayan sehingga kegiatan penangkapan ikan dapat dilakukan secara efektif, efisien, dan aman,” ujar Kepala Pusat Riset Kelautan (Pusriskel) BRSDM I Nyoman Radiarta.
Peneliti Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) Eko Susilo menjelaskan, cara kerja fitur pendeteksi ikan-ikan tersebut adalah dengan mendeteksi lokasi daerah penangkapan ikan berdasarkan kesesuaian kondisi laut, yang menurut berbagai penelitian sebagai area tempat ikan berkumpul. Kesesuaian tersebut didasarkan pada kriteria front suhu dan tingginya kesuburan perairan. Front suhu adalah daerah pertemuan antara massa air hangat dan dingin. Sedangkan kesuburan perairan yang tinggi berasosiasi dengan tersedia makanan ikan, berupa plankton, yang melimpah. Kedua kriteria tersebut dianalisis menggunakan data citra satelit.
Sedangkan, pelikan tuna dan cakalang dihasilkan melalui pendekatan kesesuaian habitat ikan. Kriteria kesesuaian habitat ikan tersebut dianalisis menggunakan pemodelan numerik dan pendekatan statistik nonlinear. Lokasi-lokasi keberadaan ikan tuna sirip kuning, tuna sirip biru, dan albacore ditampilkan secara sederhana sehingga bisa dengan mudah digunakan oleh nelayan.
Sebelumnya nelayan Indonesia juga kenal dengan berbagai aplikasi digital untuk mengakses berbagai macam informasi maritim. Aplikasi ini memberikan kemudahan bagi pengguna. Seperti lokasi-lokasi penangkapan ikan, cuaca saat melaut, keselamatan pelayaran, operasional kapal, dan informasi harga ikan.
Berbagai aplikasi digital yang dikhususkan bagi nelayan dan pelaku usaha perikanan di Indonesia dihasilkan tidak hanya lembaga riset pemerintah. Melainkan juga dari perguruan tinggi dan swasta, selain Laut Nusantara:
- TREKFish
TREKFish, alat penelusur dan perekam jejak penangkapan ikan ini dikembangkan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB). TREKFish merupakan piranti untuk menelusuri jejak penangkapan ikan. Baik itu ikan pelagis, rajungan, lobster dan lain-lain. Sistem yang dikembangkan adalah merekam perjalanan kapal dan bisa dideteksi kapan setting dan hauling.
Alat ini dilengkapi dengan perangkat lunak fisheries electronic reporting (fishER). Piranti ini cocok untuk perikanan skala kecil dan industri. Data dan informasi yang diperoleh mencakup penelusuran operasi penangkapan ikan (transit dan waktu operasi) dan peta distribusi hasil tangkapan utama. Selain itu, hasil tangkapan sampingan (by catch) dan CPUE (catch per unit of effort).
Perangkat ini dengan spesifikasi berupa global positioning system (GPS), baterai dan solar panel, casing kedap air. Penggunaan peralatan ini tidak memerlukan satelit.
- Nelayan Pintar
Nelayan Pintar ini dikembangkan Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Badan Riset Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).
Program nelayan go-online atau Nelayan Pintar (Nepin) dihadirkan untuk melayani berbagai kebutuhan para nelayan. Seperti keadaan cuaca, kondisi kepelabuhanan, besaran gelombang, arah angin, dan harga pasaran ikan.
Nelayan dapat melihat harga ikan di setiap daerah dan menjadikannya sebagai bahan perbandingan. Dalam keadaan darurat, misalnya, kehabisan bahan bakar, terdapat SOS yang memungkin nelayan berkomunikasi dengan nelayan terdekat.
Aplikasi ini dapat membantu memutus mata rantai pasar tengkulak. Melalui sistem Peta Daerah Penangkapan Ikan, aplikasi ini menyediakan informasi market place lengkap dengan daftar harga ikan. Aplikasi Nelayan Pintar hanya dikhususkan bagi nelayan kecil dengan kapal perikanan kapasitas 10 GT.
- Nelayan Nusantara
Aplikasi digital Nelayan Nusantara telah diterapkan di tiga daerah di Indonesia, yakni di Sebatik di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, Paguyaman Pantai di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo, dan Natuna di Kepulauan Riau. Peta lokasi penangkapan ikan di perairan Sebatik, perbatasan Indonesia dan Malaysia melalui aplikasi Nelayan Nusantara.
Perangkat alat berbasis sistem android ini mengggunakan jaringan Telkomsel. Aplikasi Nelayan Nusantara sebagai komitmen Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, untuk mendukung pengembangan sektor perikanan. BAKTI menggandeng PT Zetta Media Inspira (Zetmi) sebagai pembuat aplikasi Nelayan Nusantara.
Aplikasi ini menampilkan antara lain zona tangkapan ikan dan informasi kondisi cuaca seperti gelombang dan kecepatan angin. Kemudian, menghindari kecelakaan di laut, foto dan hasil tangkapan, serta informasi harga ikan bagi nelayan kecil dan masyarakat luas. Nelayan Nusantara untuk mendukung kegiatan perikanan bagi nelayan kecil dengan kapal dibawah 10 GT.
- Wakatobi AIS
PERANGKAT radar pantai ini untuk keselamatan nelayan. Dengan radar pantai, nelayan dapat menggunakan teknologi ini untuk keselamatan di laut. Teknologi ini disebut Wakatobi AIS, singkatan dari Wahana Keselamatan dan Pemantauan Objek Berbasis Informasi AIS (Automatic Identification System). Fungsi dasar AIS yang dimiliki memungkinkan lokasi dan pergerakan nelayan terpantau detik per detik pada stasiun penerima (Vessel Traffic System/VTS).
Teknologi ini dikembangkan peneliti dan perekayasa Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi. Wakatobi AIS diciptakan atas identifikasi terhadap tiga masalah utama yang dihadapi nelayan dalam melaut.
AIS transponder berbentuk kotak dengan dimensi 14,5x13x20 sentimeter. Panjang antena 100 sentimeter. Setiap unit memiliki bobot 0,6 kilogram agar bisa diaplikasikan pada kapal/perahu nelayan yang berukuran kecil, khususnya yang armada berbobot di bawah 1 GT (Gross Ton).
Alat ini didesain dapat bekerja secara portabel dengan baterai sebagai sumber tenaga yang bisa diisi ulang setiap 20 jam pemakaian. Jika suatu saat mereka mengalami masalah di laut seperti mesin kapal mati, tenggelam, atau dirampok, maka rekaman lokasi para pengguna akan mempermudah pencarian.
Selain itu, nelayan juga bisa secara aktif memberikan kabar darurat ke seluruh perangkat penerima AIS lainnya.
- E-Log Book
Aplikasi ini dikembangkan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hingga awal Juli 2021, 5.000 lebih kapal perikanan telah menggunakan e-log book.
Proses pengisian e-log book sangat simple, hanya dengan 5 kali klik tombol, data operasional penangkapan ikan sudah terekam. Penerapan e-log book penangkapan ikan dapat digunakan oleh nelayan yang tidak bisa membaca dan menulis, sehingga memudahkan nakhoda kapal melaporkan catatan harian penangkapan ikannya secara akurat dan real time.
Log book ini sebagai laporan harian tertulis nakhoda mengenai kegiatan penangkapan ikan. Log book merupakan landing declaration dari nakhoda, atau Surat Pernyataan Nakhoda mengenai aktivitas penangkapan sumber daya ikan (hasil tangkapan) di laut yang akan didaratkan di pelabuhan perikanan.
Proses pengumpulan data berbasis gadget ini sangat praktis, mudah dan efisien. Pengguna tidak lagi menggunakan kertas dalam pencatatan data operasi penangkapan ikan. Untuk menggunakan e-log book, terlebih dahulu pelaku usaha, perusahaan maupun nelayan mengajukan surat permohonan aktivasi kepada syahbandar di pelabuhan perikanan. Permohonan ini untuk mengaktifkan aplikasi e-log book penangkapan ikan.
Setelah melakukan aktivasi, syahbandar akan mencetak tanda terima aktivasi. Selanjutnya, akan mendapatkan username dan password untuk log-in ke dalam aplikasi e-log book.