Prosesnews.id, Gorontalo – Pesatnya perkembangan Teknologi pengolahan kopi saat ini tak membuat pasangan suami istri di Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo kalah. Pasalnya hingga kini mereka masih mempertahankan pengolahan kopi dengan cara yang sangat tradisional.
Pantauan Prosesnews.id, pagi itu Warno dan Saira sibuk memetik kopi di kebun yang tak jauh dari rumah mereka. Satu persatu biji kopi yang terlihat merah dan matang dimasukan kedalam keranjang.
Warga Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa ini ternyata merupakan pembuat kopi Pinogu. Namun ditangan mereka berdua, kopi ini bukan diolah mengununakan teknologi mesin seperti sekarang ini, melainkan diolah dengan cara sederhana.
Meski begitu, kopi yang mereka hasilkan ini tidak kalah menarik dengan kopi yang diolah menunakan teknologi mesin. Meskipun diolah dengan cara tradisional, cita rasa kopi ini masih memiliki rasa yang khas yakni kopi jenis Liberica khas pinogu.
Kopi olahan tradisioal ini juga tersedia berbagai macam parian rasa yang proses pembuatanya dicampurkan dengan rempah-rempah yang bersumber dari hasil alam dan tidak mengunakan pengawet.
Proses Pembuatan
Sebelumnya, biji kopi yang dipetik tadi, kemudian dipisahkan dengan tangkai dan kotoran hingga bersih. Seteleh bersih, satu persatu biji kopi tersebut dimasukan ditempat pengulekan dan diulek hingga kulit luar kopi terpisah dengan biji kopi bagian dalam.
Tak hanya sampai disitu, biji kopi yang sudah diulek tadi, dijemur diterik mathari selama 3-4 hari hingga biji kopi itu benar-benar kering. Setelah kering, biji kopi diulek kembali untuk mengeluarkan kulit bagian dalam atau dikenal dengan kulit ari.
Setelah pengulekan kedua seleai, barulah proses sangrai atau dalam bahasa Gorontalo Butiolo. Dalam Proses ini, kopi disangrai mengunakan wajan yang terbuat dari tanah liat selama kurang lebih satu jam dengan mengunakan kayu bakar.
Dalam Proses inilah kopi tradisional ini bisa diciptakan parian rasa, mulai dari rasa kayu manis, jahe hingga rasa kopi pinogu yang khas. Saat sementara disangrai dimasukan rempah-rempah tergantung mau seperti apa rasanya kopi itu.
Hingga kopi seleai disangrai, barulah kemudian proses pegulekan kembali, kali ini biji kopi yang di ulek adalah kopi yang sudah disangrai. Biji kopi di ulek hingga halus demudian ditapis hingga mendapatkan butiran kopi yang halus dan lembut.
Menurut Warno, bahwa pekerjannya mengolah dan mebua kopi ini sudah dilakoninya sejak ia kecil. Orang tua Warno kala itu juga merupakan pedagan kopi olahan tradisional
“Sejak kecil saya sudah melakoni pekerjaan ini, orang tua saya yang mengajarkannya, karena dulu orang tua saya pedagang kopi yang diolah sendiri dengan cara trdisional,” kata Warno
Ia menambahkan, bahwa hasil olahan ini kemudian dijual di pasar dan hasilnya untuk membeli kebutuhan lain.
“Alhamdullah kopi ini sudah banyak langganan, meski hanya diaolah secara tradisional, setiap saya bawa kepasar pasti laku dan hasilnya dibelikan kebutuhan lain,” tandasnya.(***)