PROSESNEWS.ID – Beberapa kalangan sejak awal sudah meragukan cara kepemimpinan Hamka Hendra Noer, sebagai Penjabat Gubernur Gorontalo. Seperti pengakuan, teman seangkatannya, Mansir Mundeg.
Dimana, Mansir menjelaskan jika Ia sudah meragukan sejak awal kepemimpinan Penjagub Gorontalo. Karena, sewaktu kuliah Hamka Hendra Noer tidak cocok menjadi pemimpin. Karena, Penjagub tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
Apalagi kata Mansir, kondisi Gorontalo suhu politiknya berbeda dengan daerah lain. Tidak bisa masalah di Gorontalo diselesaikan dengan cara-cara birokrasi ataupun normatif. Harus berani mengambil keputusan yang tegas dan tepat.
Bukan hanya itu, kepemimpinan Hamka Hendra Noer bisa dilihat ketika daerah mengalami musibah. Selama mengalami musbah, Penjagub Gorontalo malah tidak berada di daerah.
“Bahkan beberapa kali kunjungan Menteri ke Gorontalo, Penjagub hanya mengutus perwakilan. Dan selalu memberi alasan ada kegiatan yang tidak kalah penting. Dan alasan ini, menjadi alasan klasik yang selalu dijadikan senjata pamungkas oleh pejabat,” bebernya.
Contoh kecil kata Mansir soal APBD Perubahan Kabupaten Gorontalo. Penjabat Gubernur selaku perpanjangan tangan pemerintah pusat, harus memberikan solusi-solusi yang tepat. Bukan solusi yang ngambang dan tidak jelas. Dan hasil keputusan yang ngambang itu, Kabupaten Gorontalo yang dirugikan.
“Kalau saya secara pribadi, menilai Pak Penjagub Gorontalo ini lebih cocok staf Ahli di Kementerian. Karena kalau menjadi Penjagub beliau tidak mampu dan tidak memiliki jika kepemimpinan,” tegasnya.
Seharusnya kata Mansir, menetapkan Penjabat di Gorontalo harus dari Kemendagri, seperti halnya dengan daerah-daerah lain. Dengan harapan ada progres program kinerja berjalan. Kalau bukan dari Kemendagri, sudah pasti daerah tidak akan berkembang seperti saat ini.
“Harus dari Kemendagri yang menjabat, kalau Pak Hamka ini kan bukan dari Mendagri, jadi wajar hasil penilaian kinerja di bawah rata-rata. Karena beliau tidak tau cara memimpin,” jelasnya lagi.