PROSESNEWS.ID – Febriyanto Botutihe (20) tahun malam itu tampak semringah. Ia tidak sabar bertemu dengan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie bersama istri Idah Syahidah yang sedang berada di Solo, Jawa Tengah, Senin (17/6/2019).
MAHASISWA semester 4 itu bersama 9 temannya asal Gorontalo sengaja diundang Gubernur Rusli untuk makan malam bersama. Mereka adalah penerima beasiswa Pemprov Gorontalo yang beruntung kuliah di Akademi Teknologi Mesin Industri (ATMI) Surakarta. Kampus itu dikenal dengan kualitas lulusannya yang diburu oleh perusahaan perusahaan ternama baik nasional maupun mancanegara.
“Kalo di sini sementara kita kuliah sudah “di booking” oleh perusahaan. Ini nanti tanggal 29 Juni akan ada job fair. Saya meskipun baru semester 4 sudah diundang untuk ikut tes di perusahaan,” cerita anak yang ayahnya berprofesi sebagai pembawa bentor itu.
Lelaki yang lahir 24 Februari 1999 itu merasa beruntung menjadi salah satu penerima beasiswa dan diterima di ATMI. Pasalnya, dua tahun lalu ada 73 orang Gorontalo mengadu nasib serupa, hanya tiga di antaranya yang memenuhi kualifikasi dan diterima di ATMI.
“Agak susah masuknya pak. Angkatan saya itu ada 73 orang yang mendaftar tapi hanya 3 yang diterima. Soalnya di sini setiap angkatan hanya 300-an orang, tapi yang mendaftar bisa 2000-an orang se Indonesia,” sambungnya.
Keuntungan lain yang didapat, lanjut kata anak dari suster di Puskesmas Tapa itu, Pemprov melalui Dikbudpora menjaminkan beasiswa untuk mereka. Selain ditanggung SPP setiap semester, Febri dkk diberi uang saku Rp2.000.000 per bulan serta disediakan mess khusus mahasiswa asal Gorontalo.
“Alhamdulillah saya sangat bersyukur. Kalo bukan beasiswa yang digagas oleh Pak Rusli Habibie belum tentu saya bisa kuliah di sini. Ibu saya kerjanya di Puskesmas, bapak saya hanya petani dan bawa becak motor di kampung,” ucapanya penuh syukur.
Febri berharap ada anak anak Gorontalo yang bisa mengikuti jejaknya dan 9 rekannya yang lain di ATMI Solo. Selain menjanjikan masa depan yang pasti, bantuan beasiswa pemprov sangat membantu mewujudkan cita cita anak-anak Gorontalo yang hidup dalam keterbatasan. (hms)