Tahun ini pemerintah akan menyelesaikan pembangunan 13 bendungan baru. Dua di antaranya adalah bendungan kering Ciawi dan Sukamahi sebagai pengendali banjir Jakarta.
Presiden Joko Widodo pada Februari 2021 meresmikan empat bendungan yang telah selesai pekerjaannya pada 2020. Keempat bendungan tersebut adalah Bendungan Tukul, Bendungan Napun Gete, Bendungan Tapin, dan Bendungan Sindang Heula.
Bendungan Tukul merupakan bendungan yang terletak di Kabupaten Pacitan. Bendungan itu diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 14 Februari 2021. Sementara itu, Bendungan Napun Gete terletak di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Lalu ada Bendungan Tapin yang berada di Desa Pipitak Jaya, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Selanjutnya Bendungan Sindang Heula terletak di Desa Sindangheula, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Bendungan Tukul memiliki peran sangat penting dalam pengendalian banjir. Selain itu, bendungan tersebut juga bisa mengairi sawah warga yang ada di Pacitan. Dengan kapasitas tampung 8,7 juta meter kubik, Bendungan Tukul ini bisa mengairi sawah sekitar 600 hektar, dengan debit air kurang lebih 300 liter per detik.
Sementara itu Bendungan Napun Gete yang memiliki luas genangan 99,78 hektar (Ha), mampu mengairi area irigasi seluas 300 hektar. Selain untuk irigasi, bendungan itu juga berfungsi sebagai penyedia air baku sebanyak 214 liter per detik, pengendali banjir sebanyak 219 m3/detik, dan memiliki potensi pembangkit tenaga listrik sebesar 0,71 megawatt.
Lalu, Bendungan Tapin. Diresmikan Presiden Joko Widodo pada 18 Februari 2021, bendungan ini dibangun sejak 2015 dan menghabiskan anggaran Rp986 miliar rupiah. Bendungan Tapin memiliki kapasitas 56,7 juta meter kubik air. “Perannya sangat penting dalam pengendalian banjir, juga memperkuat ketahanan pangan karena bisa menyediakan irigasi untuk 5.472 hektare, dan juga menyediakan air baku 0,50 meter kubik per detik. Serta bisa juga menghasilkan tenaga listrik 3,3 megawatt, gede sekali,” kata Joko Widodo, ketika meresmikan Bendungan Tapin.
Di Kabupaten/Kota Serang, Provinsi Banten, terdapat bendungan yang rencananya akan berkapasitas sebesar 9.26M³. Diharapkan kelak, bendungan bernama Sindang Heula itu bisa mengairi lahan seluas 748 Ha, mengurangi debit banjir sebesar 50 M³/detik, serta menyediakan pasokan air baku sebesar 0,80 M³/detik.
Pada 2021, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR akan menyelesaikan pembangunan 13 bendungan. Sehingga sesuai roadmap, Indonesia akan memiliki 31 bendungan baru yang selesai pada 2021 dengan volume 1.822,56 juta meter kubik. Tahun depan, ada 14 bendungan akan selesai, dan pada 2024 ada satu bendungan lagi yang akan selesai yaitu bendungan Jragung.
Dari 13 bendungan yang dibangun, dua dijadwalkan selesai pada 2021. Keduanya itu adalah Bendungan Ciawi dan Sukamahi. Sedangkan bendungan lainnya adalah Paselloreng, Ladongi, Margatiga, Pidekso, Tugu Bintang Bano, Gongseng, Way Sekampung, Bendo, Karalloe, dan Kuningan.
Pembangunan Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi di Kabupaten Bogor merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir (flood control) Jakarta. Pembangunan kedua bendungan kering (dry dam) ini merupakan upaya pemerintah pusat mengurangi kerentanan kawasan Ibu Kota Jakarta dari bencana banjir.
Pembangunan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, sebagai bendungan kering maka pengoperasian bendungan ini akan berbeda dengan bendungan lain.
Kedua bendungan ini baru akan digenangi air pada musim hujan. Sementara itu, pada musim kemarau bendungan ini kering. Bendungan kering di Ciawi dan Sukamahi merupakan yang pertama kalinya dibangun di Indonesia. Kedua bendungan ini bukan untuk keperluan irigasi atau air baku, melainkan untuk meningkatkan kapasitas pengendalian banjir.
Pekerjaan Bendungan Ciawi dimulai pada Desember 2016 dengan kontraktor pelaksana PT Brantas Abipraya dan PT Sacna yang ditargetkan selesai di awal 2021. Rencananya, bendungan itu memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik, sedangkan Bendungan Sukamahi dengan volume tambung 1,68 juta meter kubik.
Bendungan Ciawi merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) dan bendungan kering yang berlokasi di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, memiliki volume tampung total sebesar 6,05 juta m3 bermanfaat dalam mereduksi banjir bagian hulu sebesar 111, 75 m3/det (30,6%). Kontribusi Bendungan Ciawi dalam pengendalian banjir pada pintu air Manggarai sebesar 11,9 persen. Total kebutuhan lahan pembangunan Bendungan Ciawi seluas 78, 35 ha dengan jumlah bidang sebanyak 935 bidang.
Sementara itu Bendungan Sukamahi yang sudah direncanakan sejak 1990-an dan mulai dibangun pada 2017 itu kapasitasnya lebih kecil. Dengan nilai kontrak Rp447,39 miliar, Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare.
Kementerian PUPR menyebut, dari penelusuran debit banjir, keberadaan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi mampu mengurangi debit banjir di Pintu Air Manggarai sebesar 577,05 m3/det. Bila dikurangi dengan debit Sungai Ciliwung yang nantinya dialirkan Kanal Banjir Timur melalui Sudetan Ciliwung sebesar 60 m3/det maka debit di Pintu Air Manggarai sebesar 517,05 m3/det. Kala ulang debit adalah suatu kurun waktu berulang dimana debit yang terjadi menyamai atau melampaui besarnya debit banjir yang ditetapkan (banjir rancangan).
Penulis: Eri Sutrisno Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari