PROSESNEWS.ID – Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dalam mendorong pemberdayaan masyarakat di Provinsi Gorontalo melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi yang akan dilaksanakan selama 49 hari.
Program ini melibatkan 140 mahasiswa dari UNG dan 77 mahasiswa dari UGM yang akan diterjunkan di 7 kelurahan/desa di kawasan Teluk Tomini.
Kepala Pusat KKN UNG, Dr. Rosbin Pakaya, M.Pd., menyatakan, program ini sejalan dengan tema pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal.
“Dalam mewujudkan tema tersebut, UNG akan melibatkan 140 mahasiswa dan UGM sebanyak 77 mahasiswa yang akan diterjunkan pada 7 kelurahan/desa,” ungkap Rosbin.
Rektor UNG, Eduart Wolok, menyambut baik program ini dan menekankan pentingnya kesempatan bagi mahasiswa untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi kondisi di masyarakat, khususnya di Provinsi Gorontalo.
“KKN kolaboratif merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan oleh mahasiswa UNG-UGM. Kami sangat mengapresiasi UGM yang begitu fokus untuk merawat kebinekaan, dengan konsisten mengirimkan mahasiswa melaksanakan KKN di wilayah Indonesia khususnya Provinsi Gorontalo,” ujar Eduart.
Eduart juga berpesan kepada mahasiswa UNG dan UGM untuk memanfaatkan program KKN ini dalam mengimplementasikan pengetahuan serta memperkaya pengalaman, sehingga dapat menjadi portofolio khusus karena tidak semua mahasiswa dapat terlibat dalam program semacam ini.
Sementara itu, perwakilan Dosen Pembimbing Lapangan UGM, Dr. Muhamad Sulaiman, menuturkan bahwa KKN kolaboratif ini dapat menjadi wahana bagi mahasiswa untuk mempelajari tentang keindonesiaan.
Dengan tema kearifan lokal, mahasiswa KKN khususnya dari UGM akan banyak belajar tentang kearifan lokal Gorontalo sebagai bekal memperkaya pengetahuan untuk mengenal Indonesia lebih luas lagi.
Program KKN Kolaborasi UNG-UGM ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di kawasan Teluk Tomini serta memperkuat hubungan antara kedua universitas dalam upaya pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal.