PROSESNEWS.ID – Dari tiga daerah yang akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah serentak pada tahun 2020. Seperti Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo.
Hanya Pilkada Kabupaten Gorontalo, yang menjadi perbincangan hangat di semua kalangan.
Diskusi lepas pun, mewarnai setiap media sosial seperti Facebook dan Whatsapp. Tak lepas juga diskusi warung kopi yang membahas hal yang sama.
Ada apa di Pilkada Kabupaten Gorontalo, hingga begitu ‘seksi’ untuk dibahas?
Beberapa pengamat politik menuturkan jika Pilkada Kabupaten Gorontalo, menjadi tolak ukur Pemilihan Gubernur Gorontalo. Mengapa bisa? Alasannya, cukup sederhana.
Partai politik apa yang akan menang di Pilkada, bisa dipastikan akan mampu meraup suara terbanyak di Pilgub. Apalagi Kabupaten Gorontalo jumlah pemilihnya terbanyak.
Ada juga yang berpendapat, keseruan Pilkada Gorontalo karena adanya persaingan ketat. Semua calon yang bakal nanti akan melawan Incumben Nelson Pomalingo, cukup sepadan.
Dari segi popularitas, elektabilitas hingga isi tas, mereka memiliki itu. Beberapa nama pun, sudah mulai digulirkan untuk melawan Nelson.
Belum lagi Nelson, dikabarkan akan ikut bertarung di Pilgub 2022 mendatang. Kabar itu yang membuat Pilkada Gorontalo makin seru.
Bukan soal Nelson, akan memenangkan Pilgub. Tapi siapa yang akan mengganti Nelson, jika Ia benar akan ikut bertarung di Pilgub. Jelas orang itu yang beruntung.
Dengan kesiruan Pilkada itu, bisa dipastikan yang akan mendampingi Nelson di Pilkada. Pasti memiliki kemampuan finansial. Karena Nelson tak mau yang akan mendampinginya hanya modal gratisan.
Berbeda dengan Pilkada Bone Bolango, Hamim Pou, hingga saat ini belum ada nama yang dianggap mampu menyainginya. Apalagi Ketua DPRD akan jatuh di tangan Nasdem.
Dipastikan Hamim Pou akan melawan kotak kosong, kalaupun ada lawan namun tidak sepadan.
Begitu juga dengan Pilkada Pohuwato, Golkar sudah pasti akan mendominasi. Keberadaan pengaruh Syarif Mbuinga, jadi ukuran. Legislatif pun dikuwasai Golkar.
Namun yang berbeda, nama calon Bupati dari Golkar belum muncul di permukaan. Wajar saja, untuk mendapatkan rekom Golkar tidak semudah yang dibayangkan.
Calon yang berkeinginan mendapatkan rekom itu, tentunlah harus minta restu Syarif. (Hel)