Catatan : Sucipto Potabuga
(Balasan tulisan opini Rio Ismail)
ORANG yang tidak memiliki kapasitas keilmuan yang cukup, sudah pasti akan sulit menilai kerja-kerja Gubernur Gorontalo. Apalagi dalam kondisi pendemi Covid-19 saat ini. Memang tidak bisa dipungkiri, orang pekerja seperti Rusli Habibie, akan banyak kritik dan cacian dari orang-orang yang tidak pernah berbuat sama sekali. Dimaklumi, kerjaan mereka hanya duduk dan mencaci.
Dalam beberapa aganda sosial yang dilakukan Gubernur Gorontalo, banyak ocehan yang dilontarkan para heters Rusli Habibie. Menariknya, orang nomor satu di Gorontalo itu biasa-biasa saja tanpa menanggapi cacian yang dialamatkan padanya.
Seperti halnya tulisan opini yang ditulis Rio Ismail. Nama itu tidak pernah saya dengar sebelumnya. Saat ada opini tentang Gubernur Rusli Habibie, saya coba membaca bahkan mengeja tiap kata dan kalimat yang ditulisnya dalam sebuah media online. Sangat mengecewakan. Tapi apapun itu, saya tetap menghargai tulisan buruknya.
Rio gagal menterjemahkan agenda sosial Gubernur Rusli Habibie. Sebelum saya menjelaskan kegagalan dia, saya bertanya dimanakah Rio saat Gorontalo mengalami masa pandemi covid-19 ? Batang hidung Rio tak saya lihat dalam pemberitaan saat Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango terkena musibah banjir.
Perlu Rio pahami, hanya orang “kuper” dan gagap teknologi yang tidak pernah tau aktivitas Gubernur selama ini. Dua periode menjabat Gubernur Gorontalo, semua daerah didatangi Gubernur. Berbagai semaran gelar pun diberikan rakyat untuk gubernur mereka.
Panglima politik, Gubernur lima ribu, Bapak Pembangunan dan lain sebagainya melekat disanubari rakyat Gorontalo. Sementara Rio, adakah gelar yang disematkan rakyat Gorontalo kepadanya ?
Kegagalan Rio ada dua, pertama, Rio Gagal menjadi Anggota Legislatif tahun 2019, saya menduga akibat dari ketidaktahuan masyarakat tentang sosok Rio itu sendiri. Siapa sih Rio Ismail ? Apa yang sudah dia perbuat untuk rakyat dan daerah ? Bisa saja itu kumpulan pertanyaan rakyat yang tidak mengenal dan memilihnya.
Kedua, kegagalan Rio akibat tidak tau persis agenda Gubernur saat melakukan kunjungan di Desa Lonuo, Kabupaten Bone Bolango. Rio tak paham bahwa keberadaan Gubernur disana untuk menyentuh langsung masyarakat, menyalurkan bahan pangan, jalur yang akan dilalui pun cukup terjal sehingga harus menggunakan Mobil Hardtop yang mungkin tidak dimiliki Rio.
Menyalahkan Humas pun adalah sikap yang “bodoh” dari Rio, sebab Rio tak paham tupoksi dari humas.
Gubernur melakukan pencitraan kata Rio ? Untuk apa ? Agenda politik sudah lewat, jabatan gubernur periode kedua sedang dijalani Gubernur Rusli Habibie, hari libur yang mungkin dinikmati Rio bersama keluarga didalam rumah oleh Gubernur dimanfaatkan untuk menemui rakyatnya, membawa bantuan dan mengecek protokoler kesehatan.
Rio harusnya mengatakan pencitraan kepada Kepala Daerah lain yang akan maju pada Pilkada tahun ini, bukan kepada Gubernur Rusli Habibie.
Jika Rio tertarik dengan hobi Gubernur, saran saya disampaikan langsung ke Gubernur, jangan bicara sembarangan tanpa pengetahuan apa-apa. Sebab, tulisan itu mencerminkan kualitas dari isi otak sesoorang. Sudah pasti, hanya orang bodok saja yang akan gagal paham, dalam menilai dan mengkritik tanpa dasar. (**)
Yilate so banya bicara memang gub agak mangens ini pobibi
Bodok di KBBI
Taraf permulaan penyakit kista
Maksud tulisannya mau menuduh bapak Rio Ismail kena kusta?