PROSESNEWS.ID – Indonesia menyerukan gencatan senjata di Gaza, Palestina. Seruan ini menyusul pecahnya pertempuran antara Israel dan gerilyawan Hamas, Palestina.
Gencatan senjata ini diharapkan dapat diupayakan melalui sesi debat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus membahas isu Palestina dan Timur Tengah, pada Kamis (20/05/2021) pagi waktu New York, Amerika Serikat.
“Yang jelas harus ada gencatan senjata atau penghentian aksi kekerasan dan saling serang. Karena kita sangat prihatin dengan keselamatan manusia, jadi tidak bisa menunggu sampai serangan-serangan itu berhenti,” kata Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Febrian A Ruddyard, melalui keterangan tertulisnya, usai pengarahan media secara virtual, Kamis (20/05/2021).
Penghentian kekerasan di Gaza, kata Febrian, harus diupayakan secara berkelanjutan. Karena Wilayah itu telah berkali-kali menjadi sasaran dalam konflik antara Israel-Palestina.
“Saat ini mengingat korban jiwa yang besar, sudah saatnya Majelis Umum berpikir untuk membuat suatu mekanisme yang memungkinkan berhentinya kekerasan, bukan hanya sementara tetapi sekaligus menyelesaikan masalahnya,”ujarnya.
Terpisah, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, telah tiba di New York, pada Rabu (19/05/2021), dalam rangka menghadiri serangkaian pertemuan yang akan membahas situasi Palestina. Di New York, Menlu RI telah bertemu dengan Presiden Sidang ke-75 Majelis Umum PBB Volkan Bozkir, serta Presiden Dewan Keamanan PBB Zhang Jun.
Pertemuan Majelis Umum PBB tentang Palestina dan Timur Tengah dilaksanakan setelah kegagalan Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk menghentikan agresi Israel atas wilayah Palestina.
Pertempuran antara Israel dan Hamas, faksi Palestina yang mengontrol wilayah Gaza, meletus sejak 10 hari lalu.
Hamas melancarkan serangan roket setelah adanya bentrokan antara polisi keamanan Israel dengan jamaah di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, dan menyusul kasus pengadilan oleh pemukim Israel untuk mengusir warga Palestina dari lingkungan di Yerusalem Timur yang dicaplok Israel.
Permusuhan kali ini adalah yang paling serius antara Hamas dan Israel selama bertahun-tahun, dan berbeda dari konflik Gaza sebelumnya. Hal itu telah memicu aksi kekerasan jalanan antara orang Yahudi dan Arab di kota-kota Israel.
Pejabat medis Palestina menyatakan 223 orang telah tewas dalam 10 hari pengeboman udara, sementara otoritas Israel mengatakan korban tewas di negara mereka sebanyak 12 jiwa. (Infopublik)