PROSESNEWS.ID – Keresahan warga terhadap pencemaran sungai kembali terjadi. Kali ini pencemaran sungai diresahkan masyarakat yang berada di pinggiran sungai Desa Tangkobu, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo.
Bahkan, pencemaran yang diduga berasal dari limbah industri atau pabrik ini sudah berlangsung selama beberapa tahun. Selain air sungai berubah menjadi kuning kecokelatan, limbah juga menimbulkan bau menyengat. Namun, dugaan pencemaran yang sudah meresahkan masyarakat itu belum diketahui Pemerintah Daerah.
Air yang mengalir di Sungai Paguyaman itu tak hanya berubah warna. Secara kasat mata nampak gumpalan minyak yang terpisah dari air sungai. Diperkirakan limbah itu dapat membahayakan keberlangsungan ekosistem sungai.
’’Baunya menyengat sampai permukiman. Baunya seperti karat besi,’’ ungkap Risi, salah satu warga. Menurutnya, dugaan pencemaran ini berlangsung sudah lama. Namun, satu tahun terakhir kondisinya dianggap paling parah. Sebab, meski sebelumnya nampak kotor, airnya tak sepekat seperti saat ini. Kini airnya tak ubanya limbah pabrik.
Gumpalan minyak terlihat jelas di sepanjang aliran sungai tersebut. Bahkan, jika kondisi cuaca panas air di Sungai Paguyaman tersebut terkadang mengeluarkan busa. Berulang kali sudah dilaporkan ke pihak yang berwenang. Sayang, laporan itu seakan angin lalu. Hingga pembuangan limbah ini seakan dibiarkan.
’’Jangankan ambil sampel. Melihat langsung ke lokasi saja tidak pernah. Padahal, sudah jelas, airnya seperti terkontaminasi minyak,’’ tuturnya. Warga khawatir, jika ini dibiarkan akan terus terulang peristiwa yang sama. Mereka berharap, ada tindakan tegas dari pihak terkait.
Mereka pun berharap pemerintah agar pemperhatikan kondisi ini, jangan sampai dibiarkan berlarut. Sungai itu juga dimanfaatkan oleh masyarakat dipinggiran sungai hingga di Desa Bilato.
Dengan begitu, pabrik yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo itu, diminta untuk memahami kondisi pemanfaat.
Warga juga khawatir ini akan berdampak pada pencemaran lingkungan. Termasuk terhadap kesehatan mereka. Apalagi, kini warga tak lagi bisa memanfaatkan aliran air sungai. ’’Lagi-lagi warga yang jadi korban,’’ tandasnya sembari menambahkan setelah pabrik Nata de coco beroprasi, sungai itu tak lagi seperti semula. (Hel)