Diperkirakan pemudik lebaran 2021 mencapai 16,4 juta orang. Sebagian telah berangkat sebelum hari pelarangan mudik. Sebagian pemudik nekat menerobos pembatas jalan.
Pelarangan mudik lebaran adalah pekerjaan besar. Petugas gabungan bekerja keras membendung arus pergerakan manusia. Bandara-bandara sepi, stasiun kereta api lengang, dan terminal-terminal bus kehilangan keriuhannya. Namun, pergulatan bergeser ke jalan-jalan umum, mulai dari jalan tol, jalan arteri, jalan antarkabupaten, hingga jalur-jalur tikus.
Jutaan orang mencoba menembus barikade petugas demi acara mudik dengan mobil-mobil pribadi, sepeda motor,atau bersiasat dengan kendaraan niaga semacam mobil boks. Sebagian besar mereka tak membekali diri dengan surat izin keluar masuk (SIKM), dan sebagian lagi tak peduli dengan syarat tes cepat antigen bebas infeksi Covid-19. Di seputar Jabodetabek, terjadi antrean panjang, ditingkahi perdebatan sengit, bahkan pertengkaran.
Secara umum, menurut Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, gelombang arus mudik yang berbasis transportasi publik relatif terbendung. Hal tersebut menjadi salah satu butir laporan Menteri Perhubungan (Menhub) dalam rapat kabinet terbatas yang membahas evaluasi sementara pelaksanaan kebijakan peniadaan mudik 6–17 Mei 2021, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 10 Mei 2021.
‘’Ada penurunan jumlah pergerakan penumpang selama 6–9 Mei 2021 yang mencapai 77 persen di semua moda transportasi,’’ ujar Menhub seusai menghadiri ratas bersama Presiden Jokowi itu. Rinciannya, pergerakan moda transportasi udara berkurang 93 persen, kereta api menyusut 58 persen, lalu bus dan minibus travel menurun hampir 84 persen.
Pada butir kedua, Menhub mengatakan, transportasi yang melayani perjalanan nonmudik untuk kegiatan esensial, termasuk yang bersifat kedinasan atau kedaruratan, masih bisa diselenggarakan secara terkendali. ‘’Meski pada perjalanan penumpang dilakukan pembatasan secara ketat, untuk angkutan logistik tidak terkendala dan bisa berjalan lancar,” ujar Menhub Budi.
Butir ketiga yang disampaikan Menhub adalah antisipasi lonjakan pergerakan arus balik seusai lebaran. Menhub memprediksi akan terjadi lonjakan pada H+2 Idulfitri 1442 H, yakni 16 Mei 2021. Ada dua skenario yang disiapkan. ‘’Pertama kami imbau masyarakat menunda kepulangan supaya tidak bertemu di satu tempat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan penumpukan,’’ ujarnya.
Opsi kedua, Menhub mengusulkan, dilakukan testing masif di berbagai tempat yang konsentrasinya besar, seperti Madiun, Ngawi, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Semarang, Cirebon, Jakarta, Bakauheni. ‘’Kami mengusulkan pada Menko Perekonomian dan Menkes untuk memberikan tes Covid-19 gratis bagi mereka yang melakukan perjalanan melalui darat,’’ ujar Budi Karya menambahkan.
Sekitar 3,6 juta pemudik (22 persen), Menhub mengatakan, akan kembali ke kota asal masing-masing sebagai arus balik.
Butir keempat terkait kepulangan para pekerja migran Indonesia (PMI) dari Malaysia. Mereka melewati jalur laut Kepulauan Riau atau pelintasan darat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. Kemenhub, menurut Menteri Budi, telah berkoordinasi dengan operator transportasi, demi menyiapkan kapal dan bus-bus, untuk mengangkut mereka sampai ke tujuan akhir. Semua dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Butir kelima yang disetujui oleh ratas hari itu adalah penundaan semua penerbangan charter dari luar negeri, yang akan membawa tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia. Penundaan akan dilakukan hingga setidaknya 17 Mei 2021.
Pemudik Diputar Balik
Mengacu kepada rangkaian survei yang ada, diperkirakan pelaku perjalanan mudik secara nasional bisa mencapai 16,4 juta. Angka itu relatif rendah dibanding angka arus mudik 2019 yang melibatkan 23 juta pelaku, dan 14,5 juta di antaranya keluar dari Jabodetabek. Sebagian terbesar menuju Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan ke arah Sumatra.
Namun, potensi 16,4 juta pemudik itu angka yang masih terlalu besar di tengah situasi pandemi ini. Jumlah tersebut dicoba dibatasi dengan pemberlakukan masa pengetatan perjalanan 23 April–6 Mei, yang berlanjut dengan pelarangan mudik 6–17 Mei 2021.
Sebagian pemudik sudah bergerak ke tempat tujuan sebelum masa pelarangan mudik diberlakukan. Gerakan terpantau dari melonjaknya arus lalu lintas baik dengan moda transportasi udara, laut, dan darat sebelum 6 Mei 2021. Lonjakan arus mudik itu mencapai 20-30 persen dibanding hari biasa.
Memasuki masa pemberlakuan pelarangan mudik, pengguna transportasi umum menyusut drastis. Termasuk pemakai moda transportasi laut pun turun 35 persen dan pengguna jasa penyeberangan berkurang 65 persen. Namun, pada sisi lain pemudik dengan kendaraaan pribadi (mobil dan sepeda motor) membeludak membanjiri segala jenis jalan. Sebagian pemudik lain bersiasat dengan berbagai modus untuk mengelabuhi petugas.
Di bawah panji “Operasi Ketupat 2021” Polri menerjunkan ribuan personelnya untuk menjaga pos-pos penyekatan yang digelar di 381 lokasi di seluruh Indonesia. Sebagian besar di Jawa. Mereka yang tidak membawa kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan di periode pelarangan mudik tak diizinkan melintas. Mereka diarahkan ke jalur khusus dan digiring balik arah agar kembali ke tempat asal dan diminta berlebaran di rumah.
Selama 3 hari, 6–8 Mei, petugas gabungan yang berintikan petugas kepolisian itu telah memeriksa lebih dari 113 ribu unit kendaraan. Dari jumlah itu, 41 ribu unit di antaranya diminta berputar balik ke tempat asal. Ada 346 unit kendaraan travel gelap diberi sanksi.
Namun, sebagian mereka tak mudah menyerah. Keluar dari jalan tol, masuk ke jalan arteri. Tak bisa lolos di jalur arteri mereka mencari jalur-jalur tikus. Bahkan sempat ada insiden di pos penyekatan Bunderan Sepuh, Karawang, Sabtu (8/6/2021) dini hari. Ketika digiring untuk berbalik arah, sekitar 100 pemudik bersepeda motor nekat menabrak barikade jalan, memacu kendaraan secara contraflow, demi melanjutkan perjalanan mudik mereka. Insiden serupa terjadi lagi di Kedungwaringin, Bekasi, Selasa (11/5/2021) dini hari.
‘’Nggak masalah. Mereka akan terjaring juga di pos penyekatan berikutnya,’’ kata Komandan Korps Lalu Lintas Polri Irjen Istiono ketika meninjau sejumlah pos penyekatan di Bekasi dan Karawang, hari Senin (10/5/2021) sore. Irjen Istiono pun mengingatkan, pos penyekatan itu berderet hingga ke semua kabupaten kota.
Drama kucing-kucingan berakhir saat bedug Lebaran ditabuh. Pada beberapa hari berikutnya, ihwal pencegahan potensi penularan Covid-19 ini ada tangan daerah mulai dari pemerintah provinsi, kota, kabupaten, hingga kelurahan dan desa. Para petugas di lapangan perlu memastikan bahwa pemudik datang tidak membawa virus Covid-19, dan ketika kembali ke tempat asal tak pula menenteng paket oleh-oleh koloni virus Covid-19. Penularan harus dihentikan dari arah manapun.
Penulis: Putut Trihusodo Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari