
PROSESNEWS.ID – Wacana pembentukan Kawasan Religius di Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, mendapat respons luas dari masyarakat, tokoh agama, dan unsur pemerintah. Usulan ini mencuat dalam diskusi yang berlangsung di sela-sela Haul Syekh Ali bin Abubakar Al-Hasani (Bapu Ju Panggola), Kamis 10 Juli 2025 atau 14 Muharram 1447 H, di kompleks makam Masjid Quba, yang terletak di tepian Danau Limboto.
Ketua Majelis Muhyin Nuufus Provinsi Gorontalo, Funco Tanipu, menjelaskan bahwa kawasan religius tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan bertumpu pada kekayaan historis, ekologis, serta nilai sosial-budaya yang telah mengakar kuat.
“Kawasan ini menyimpan tiga kekayaan utama: warisan ruhani Bapu Ju Panggola, situs sejarah seperti Benteng Otanaha, dan lingkungan Danau Limboto yang menyatu dengan tradisi keagamaan di masyarakat,” ujarnya.
Lebih jauh, makam Bapu Ju Panggola juga dinilai layak untuk diajukan sebagai Cagar Budaya, mengingat perannya dalam sejarah dakwah Islam di Gorontalo serta pelestarian ajaran tasawuf Ahlussunnah wal Jama’ah. Saat ini, situs tersebut baru sebatas teridentifikasi sebagai Obyek Cagar Budaya dan belum masuk dalam daftar resmi, meski menjadi pusat ziarah dan spiritualitas tahunan masyarakat.
Kelurahan Dembe sendiri dikenal sebagai kawasan yang lekat dengan tradisi bulan Muharram. Selain haul, warga secara rutin menggelar Festival Apangi, pengajian keluarga, serta pembacaan kisah para wali sepanjang bulan tersebut. Hal ini memperkuat identitas Dembe sebagai kawasan ritual Islam kultural yang berakar dari keteladanan sejarah lokal.
Funco menambahkan bahwa gagasan kawasan religius ini perlu ditindaklanjuti dalam forum warga dan melalui kemitraan lintas lembaga, baik dari unsur pemerintahan maupun masyarakat. Dengan demikian, rumusan kawasan ini tidak bersifat sektoral, melainkan melibatkan berbagai perspektif seperti ekoteologi, sejarah, tata ruang, penguatan ekonomi lokal, hingga pencegahan radikalisme berbasis budaya.
Usulan kawasan religius tersebut turut mendapat dukungan dari Ketua PWNU Provinsi Gorontalo, Ibrahim T. Sore, yang menyebut bahwa NU siap mendorong wilayah ini menjadi ruang dakwah Ahlussunnah wal Jama’ah.
“Ini bukan hanya ruang pelaksanaan haul semata tapi bisa menjadi pusat pendidikan Islam damai dan spiritualitas yang terbuka,” katanya.
Sementara itu, Asisten I Setda Kota Gorontalo, Iskandar Moerad, yang turut hadir dalam haul, menyampaikan bahwa Pemerintah Kota menyambut baik gagasan tersebut sebagai bagian dari arah pembangunan religius di Kota Gorontalo.
“Kami membuka ruang diskusi untuk rencana kawasan religius ini, sebab ini berkaitan erat dengan program Wali Kota Gorontalo tentang visi kota religius,” ujarnya.
Kehadiran ratusan jamaah, perwakilan Kementerian Agama, TNI-Polri, Satgaswil Densus 88 Mabes Polri, serta Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) menandai bahwa kawasan ini tidak hanya memiliki nilai sakral, tetapi juga strategis dalam memperkuat nilai-nilai Islam damai yang terbuka dan berakar dari sejarah Gorontalo itu sendiri.













