PROSESNEWS.ID – Perlu dipertanyakan kembali efektivitas dari konser yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi Gorontalo dan rencana serupa dari Bawaslu Provinsi Gorontalo. Gorontalo dikenal memiliki tingkat partisipasi pemilih yang cukup tinggi setiap pemilihan, bahkan masuk jajaran tertinggi di Indonesia. Meski terobosan diperlukan untuk menjaga atau bahkan meningkatkan partisipasi, apakah konser adalah solusi yang tepat?
Di Papua, partisipasi pemilih sangat tinggi karena penerapan sistem noken, sebuah tradisi khusus yang memungkinkan tingkat partisipasi lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Tantangan untuk melampaui angka partisipasi di Papua jelas tidak mudah. Mengandalkan konser dengan biaya lebih dari setengah miliar rupiah sebagai alat untuk meningkatkan partisipasi pemilih di Gorontalo tampaknya diragukan efektivitasnya.
Lebih dari itu, dampak konser terhadap partisipasi pengawasan pemilu juga patut dipertanyakan. Untuk membangun partisipasi aktif dalam pengawasan pemilu, tidak cukup hanya dengan pesan singkat dalam sebuah konser. Proses panjang dan pelibatan seluruh pemangku kepentingan diperlukan, termasuk keterlibatan aktif media massa. Media cetak, elektronik, dan siber (daring) memiliki peran strategis dalam menyosialisasikan tahapan pemilu kepada masyarakat.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah alokasi anggaran untuk sosialisasi media massa yang terbilang sangat rendah dibandingkan dengan biaya sekali konser. Biaya sosialisasi melalui media massa selama beberapa bulan diperkirakan hanya setengah dari biaya satu kali konser. Ini tentunya mengkhawatirkan, terutama di tengah tantangan yang dihadapi industri media yang kini mengalami penurunan pendapatan.
Selain itu, media massa tidak hanya berperan dalam menyampaikan informasi pemilu, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap perekonomian lokal. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Gorontalo menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi pada pertumbuhan lapangan usaha di sektor Informasi dan Komunikasi adalah penyediaan berita. Pada tahun 2022, sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Gorontalo.
Dengan demikian, penting untuk diingat bahwa media massa bukan hanya instrumen sosialisasi pilkada, tetapi juga salah satu penggerak perekonomian lokal. Konser mungkin memiliki dampak ekonomi, namun peran media massa dalam jangka panjang lebih berkelanjutan dan strategis. Keseimbangan dalam alokasi anggaran antara konser dan sosialisasi media perlu dipertimbangkan secara matang demi hasil yang lebih optimal bagi partisipasi pemilih dan pengawasan pemilu.