Catatan: Usman Mato
NONGRONG di depan komputer atau handphone seharian, pantengin status orang di media sosial, hingga sesekali nyinyir atau sekalian jadi ahlinya ahli kritik saja, bisa menguras banyak energi. Bayangkan, jika menjadi Rusli Habibie, yang harus turun seharian keliling Gorontalo, untuk memastikan rakyatnya selamat dan tidak kelaparan.
Belum lama ini, beredar foto via whatsapp. Di foto itu terlihat, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie sedang merebah dengan pandangan ke langit langit sebuah gubuk pinggir sungai, Kecamatan Tapa. Disampingnya ada seorang petani sedang berdiri.
Foto bercerita banyak, tentang lelah yang dirasakan Rusli. Siang malam dirinya harus memutar otak, bagaimana menghadapi penyebaran virus corona dengan segala keterbatasan yang dimiliki daerahnya.
Jujur, Rusli sendiri pernah mengaku, kalau dirinya takut dengan corona. Menurutnya, serangan virus itu, tidak mengenal umur maupun status sosial. Siapapun bisa kena, dan dampaknya bisa saja fatal.
Namun, lagi lagi Rusli mengatakan dirinya terpaksa harus memberanikan diri. Karena rakyat Gorontalo menaruh harapan besar di pundaknya. Katanya pak gub cuma pencitraan? “Ah.. apa lagi yang mau dicitrakan, saya sudah 2 periode,” sergahnya, saat berbincang ringan belum lama ini.
Sebagai orang yang mengenal daerahnya, Rusli terlihat gusar saat permohonan PSBB ditolak. Wajar, karena Gorontalo tidak bisa disamakan dengan daerah lain, yang memiliki jumlah tenaga medis lebih banyak.
Tapi PSBB bukan solusi utama. Yaa, bisa jadi. Tapi itu adalah salah satu ikhtiar yang bisa ditempuh pemerintah, dengan harapan banyak nyawa yang bisa diselamatkan. Dan alangkah eloknya, jika kita ikut berikhtiar membantu pemerintah dan bukan malah sebaliknya. **