
PROSESNEWS.ID – Pelayanan di Puskesmas Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, menuai keluhan dari warga. Kritik tersebut disampaikan Afliani Hikma, warga Desa Kalioso, melalui unggahan di media sosial Facebook.
Saat ditemui, Afliani membenarkan keluhan yang ia sampaikan. Ia mengaku kecewa dengan pelayanan yang diterimanya ketika berobat di Puskesmas Dungaliyo.
“Saya sudah tujuh hari sakit. Hari Senin kemarin saya sempat ke Posbindu, hasilnya gula darah saya di bawah 50 dan asam urat 10. Karena kondisi masih lemas, saya berinisiatif ke Puskesmas,” jelasnya.
Menurut Afliani, setelah mendaftar dan diperiksa tekanan darah serta berat badan, dirinya justru terlalu lama dibiarkan menunggu.
“Perawat hanya asyik berbincang. Nanti saya tanya, ‘ses, masih lama?’ Baru itu saya dipanggil masuk ruangan dokter,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Afliani menuturkan dirinya langsung diarahkan ke apotek, tetapi ia meminta diperiksa gula darah dan asam urat. Sehingga dokter langsung mengarahkannya ke ruangan laboratorium. Namun, ketika menuju laboratorium, ia tidak mendapat layanan karena stik gula darah dan asam urat kosong.
“Petugas bilang tidak ada stok, tapi juga tidak ada usaha untuk mencarikan,” katanya.
Tak berhenti di situ, Afliani juga mengaku mengalami kendala saat mengambil obat di apotek.
“Dokter sudah bilang saya disuruh ke apotek, tapi setelah menunggu lama, malah ditanya lagi apakah saya sudah diperiksa dokter. Karena kesal, saya akhirnya memilih pulang tanpa membawa obat,” tuturnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Puskesmas Dungaliyo, Sudirman M. Umar, membantah pasien diabaikan. Ia menjelaskan, pasien datang pukul 09.49 WITA dan langsung masuk dalam antrean klaster tiga, yakni kelompok pasien dewasa.
“Di klaster tiga pasien memang banyak, baik yang dirujuk maupun berobat biasa. Jadi pasien tetap dilayani, hanya saja harus menunggu giliran. Kami sudah menggunakan sistem rekam medik elektronik (RME), sehingga semua harus antre,” terang Sudirman.
Terkait dugaan dokter yang marah, kata Sudirman, hal tersebut hanya soal gaya komunikasi.
“Dokter tidak marah. Nada bicaranya memang begitu, beliau sudah lama bertugas di sini. Kalau cuma soal nada tinggi, mungkin sudah banyak pasien yang mengeluh,” ujarnya.
Sudirman juga menambahkan, untuk pemeriksaan gula darah saat ini memang terdapat kendala ketersediaan.
“Stik hanya tersedia di ruangan Program Penyakit Tidak Menular (PTM). Saat petugas hendak mengambil, pasien sudah terlanjur ke apotek. Karena itu, dokter belum sempat menginput resep,” jelasnya.
Meski demikian, Sudirman menegaskan pihaknya akan segera melakukan evaluasi agar pelayanan ke depan bisa lebih baik.













