
PROSESNEWS.ID – Devry Manggo, salah seorang Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, menyebut Wakil Rektor III di Kampus tersebut, tidak ada power.
Pasalnya, kata aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, Wakil Rektor III IAIN Gorontalo, tidak mampu menyelesaikan polemik yang terjadi di lingkungan Mahasiswa.
Hal ini kata dia, bisa dilihat dan dinilai dari konflik yang timbul pada Pemilihan Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (DEMA-I) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Buntut dari kekecewaannya, Devry yang diketahui merupakan salah satu kandidat Dema-I tersebut, meminta Wakil Rektor III IAIN Gorontalo, mundur dari jabatan.
Sebelumnya, Devry Manggo kembali mencalonkan diri sebagai calon Ketua Dema-i, setelah Senat Mahasiswa Institut (Sema-i), melakukan perekrutan kembali Panitia Pemilihan Mahasiswa (PPM).
Pada saat penetapan Calon Ketua Dema-i di kampus satu IAIN Gorontalo, Devry merasa kecewa dengan keputusan pihak Panitia.
“Saya sangat kecewa, pertama berkas sudah saya serahkan kepada ketua panitia. Tetapi, panitia lainnya menolak berkas saya dengan alasan yang tidak rasional. Kedua, saya kecewa dengan panitia, karena tidak mempunyai pedoman pemilihan yang baku, sehingga tidak jelas. Dan pada pada waktu saya memberian berkas itu, banyak mahasiswa yang menjadi saksi. Tapi tidak dihadirkan dan dimintakan pernyataan,”kata Devry kepada Prosesnews.id, Kamis, (06/05/2021).
Aktivis Hijau Hitam Gorontalo itu, mengatakan, Ia bersama sejumlah mahasiswa lainnya, akhirnya melakukan aksi demonstrasi. Menuntut Panitia dan Senat Mahasiswa, serta Warek III IAIN bagian Kemahasiswaan, untuk menunda pelaksanaan pemilihan.
Namun sayang, pada saat mediasi bersama Warek III, kata Devry, Warek III, justru tidak mampu mengatasi konflik Pemilihan Mahasiswa.
“Warek III tidak punya power. Dari pemilihan pertama sampai saat ini, selalu cari aman. Takut dengan berbagai ancaman dari mahasiswa. Jika warek III tidak mampu mengatasi konflik ini, silahkan mengundurkan diri dari jabatannya, dan biarkan konflik ini berkepanjangan,”tegasnya.
Di wawancarai terpisah, Ketua Panitia Pemilihan Mahasiswa (PPM), Noufal Tumewu, membenarkan polemik yang terjadi di Pemilihan Mahasiswa tersebut.
“Iya, bakal calon yang menuntut ini menganggap, bahwa ia sudah sesuai prosedur. Tapi, ditolak lantaran kesalahan dari panitia sendiri, bukan dirinya sebagai bakal calon,”papar Noufal.
“Dari saya sendiri, memang menganggap bahwa sesuatu yang menjadi kesalahan dari PPM tidak bisa menghukum berkas dari bakal calon. Dan memang itu yang menjadi perdebatan panjang di antara kami di PPM,”ujarnya.
Sementara itu, Wakil Rektor III Iain Gorontalo, Mujahid Damopolii, ketika dikonfirmasi, mengaku tidak keberatan dengan kritikan mahasiswanya. Menurutnya, itu adalah hal yang biasa pada saat pesta demokrasi mahasiswa.
“Begitulah resiko pemimpin, mereka akan menilai dari sudut pandang yang berbeda. Jika saya dianggap tidak punya power, saya menghargai itu”tutur Mujahid.
“Saya kira dinamika demokrasi mahasiswa hampir di semua perguruan tinggi itu ada, saya hanya berharap, semua dinamika yang terjadi bisa diselesaikan dengan cara intelektual, tidak dengan emosi. Dengan itu mereka bisa mendapatkan jalan ke luar,”pungkasnya.
Reporter : Moh Dodi Didipu