PROSESNEWS.ID – Hutang Indonesia di Bank Dunia saat ini, mengalami peningkatan 180,4 Persen, dibandingkan tahun sebelumnya dengan total Rp437,5 triliun. Realisasinya 100,5 persen dari target yang ditentukan oleh Peraturan Presiden (Perpres) 72/2020 sebesar Rp1220,5 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Peningkatan pembiayaan utang utamanya dilakukan untuk penanganan dampak Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Pembiayaan dilakukan secara hati-hati, fleksibel, dan terukur dengan mengoptimalkan sumber pembiayaan yang efisien.
Menurut Bendahara Negara, bahwa defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang meningkat secara tajam membuat pembiayaan anggaran menjadi tantangan.
Sri menjelaskan bahwa pembiayaan investasi terkumpul Rp104,7 triliun. Jauh dari target karena hanya mencapai 40 persen atau yang harus didapat Rp257,1 triliun.
“Tahun 2020 ini, kami merealisasi Rp1.226,8 triliun pembiayaan utang. Di mana penerbitan SBN neto sebesar Rp1.177,2 triliun dan Rp49,7 triliun pinjaman neto,” katanya melalui konferensi pers virtual, Rabu, (06/01/2021).
Adapun, pembiayaan pinjaman hanya mencapai Rp1,5 triliun dari target Rp5,8 triliun. Kewajiban pinjaman tercatat Rp3,6 triliun dan pembiayaan lainnya sebesar Rp70,9 triliun.
“Dengan demikian jumlah keseluruhan pembiayaan anggaran kita Rp1.190,9 triliun atau naik cukup tajam 196,2 persen dari tahun lalu,” tukasnya. (PR)