
Kemunculan wabah Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia silih berganti dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah asal atau transmisi lokal antar penduduk di China. Lembaga kesehatan dunia mengumumkan darurat kesehatan masyarakat global pada 30 Januari 2020. Beberapa waktu kemudian, tepatnya 11 Februari 2020, WHO mengumumkan virus baru ini disebut ”Covid-19”. Perkembangan kasus Covid-19 dan pelaporan yang dilakukan rutin di China juga menjadi perhatian dunia. Kasus covid-19 pertama di luar China dilaporkan di Thailand pada 13 Januari 2020.
Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi kasus pertama Covid-19 di Indonesia di Istana Negara tanggal 2 Maret 2020. Dua warga negara Indonesia yang positif Covid-19 tersebut mengadakan kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia. Pada 11 Maret 2020, untuk pertama kalinya warga negara Indonesia meninggal akibat Covid-19. Korban yang meninggal di Solo adalah seorang laki-laki berusia 59 tahun, diketahui sebelumnya menghadiri seminar di kota Bogor, Jawa Barat, 25-28 Februari 2020.
Sebagai bentuk pencegahan meluasnya virus corona, beberapa instansi pemerintahan dan perkantoran swasta di Jakarta mengeluarkan kebijakan work from home (WFH) untuk karyawannya. Rita Pawestri Setyaningsih peneliti dari Pusat Penelitian Kewilayahan LIPI (2020) berpendapat karyawan yang produktif adalah mereka yang melaksanakan suatu pekerjaan dalam ukuran dan tenggat waktu secepat mungkin.
Perusahaan untuk sementara waktu dapat menghentikan seluruh kegiatan usahanya, dalam konteks dapat mengurangi sebagian kegiatan usahanya (sebagian karyawan, waktu, dan fasilitas operasional).
Perusahaan yang tidak dapat menghentikan kegiatan usahanya, mengingat kepentingan langsung yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, kebutuhan bahan-bahan pokok, dan bahan bakar minyak.

Produktif Dimaknai Petani dan Peneliti
Bekerja dari rumah merupakan pengalaman baru bagi sebagian besar pekerja/pegawai atau profesional. Hanya saja untuk mengurangi penyebaran covid- 19 dan juga kebijakan PSBB, hal ini terpaksa dilakukan oleh para pekerja/pegawai atau profesional. Pengalaman bekerja dari rumah menjadi menarik untuk diketahui. Produktif menurut KBBI adalah bersifat atau mampu menghasilkan, mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya).
Di masa pandemi ini sektor pertanian mampu menunjukkan kinerjanya yang bagus. Indeks ketahanan pangan terus meningkat dari 2017 sampai dengan 2019 sebesar 62,6 sehingga prioritas keamanan pangan menjadi penting untuk menyediakan pangan yang berguna dan mendorong sektor produktif dalam negeri.
Prastiwi Utami dari Sekretariat Wapres (2020) menyebutkan permasalahan pertanian tahun 2020 terkait stagnasi provitas, keterjangkauan dan konsumsi pangan yang berkualitas, meningkatkan bencana hidrometeorologi serta upaya pembangunan berketahanan bencana belum maksimal. Untuk mengantisipasi kondisi pangan saat ini, pemerintah mendorong penyiapan pangan nasional melalui program Food Estate.
Dan menurut Suwandi Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (2020), mengatakan inti ketahanan pangan mencakup keamanan pangan. Ada tiga pilar, pertama aspek ketersediaan, kedua distribusi dan ketiga akses konsumsi. Di masa pandemi memang ada kendala. Dalam ketersediaan tidak ada masalah karena tanam terus, distribusi saja yang agak terganggu pada awal masa pandemi dan alhamdulillah sudah membaik.
Pada saat pandemi covid 19 ini, sektor pertanian justru memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, sektor pertanian berkontribusi besar terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) dimana kuartal II 2020 tumbuh hingga mencapai 16,24 persen (q to q), dan kuartal III masih tumbuh 2,15 persen. Tidak hanya PDB yang positif tapi juga ekspor meningkat. Selama beberapa bulan ini secara nasional tumbuh positif dibandingkan tahun lalu. Misal bulan September 2020 dibanding September tahun lalu tumbuh 16,2% dan bulan-bulan sebelumnya juga positif.
Menurut Siti Nuramaliati peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI tentang produktif adalah aspek penelitian biologi yang di dukung dengan sarana, prasarana, biaya operasional dan di dalamnya termasuk biaya riset (biaya operasional untuk pakan satwa dan kebutuhan untuk kebersihan sehari-hari, sedangkan biaya riset termasuk biaya jenis pakan yang diuji dan biaya analisa).
Pekerjaan atau penelitian dengan menggunakan teknologi informasi dapat terlihat tinggi rendahnya produktivitas karyawan tersebut. Dan sangat beda dengan peneliti biologi akan produktif bilamana di dukung oleh anggaran. Kecuali peneliti yang dalam penelitiannya hanya menggunakan komputer atau spesimen mati yang sudah tersedia dan memungkinkan tidak perlu didukung anggaran/biaya. Sedangkan untuk penelitian yang menggunakan mahluk hidup diperlukan biaya untuk pakan dan sebagainya.
Apalagi jika pengumpulan data penelitian dengan menggunakan satwa liar dimana tergantung tingkat stress hewan, kemampuan adaptasi dan ketersediaan pakan. Untuk itu tidak bisa cepat menghasilkan publikasi yang berkualitas, kalau tentang pakan dan perilaku hewan bisa setiap tahun mendapatkan. Sedangkan kalau untuk reproduksi hewan bisa mencapai 5 (lima) tahun sekali baru menghasilkan 1 (satu) publikasi.
Sektor pertanian menjadi andalan dalam menghadapi resesi perekonomian pada masa pandemi Covid-19. Pengamat Ekonomi Pertanian dari Universitas Lampung (Unila) Bustanul Arifin (2020) mengatakan, sektor pertanian menjadi andalan dibandingkan sektor lainnya karena mampu tumbuh dua kuartal berturut-turut di saat ekonomi mengalami resesi. Meski begitu, dia tetap mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 ini harus ditanggulangi secepatnya agar pemulihan ekonomi bisa berjalan. Covid-19 harus ditanggulangi sehingga tidak merembet ke mana-mana karena dampak pada ketahanan pangan menjadi serius.
Dalam konteks pertanian, Jupri seorang petani dari Tuban berpendapat pada saat pandemi covid-19 adalah petani tetap produksi dengan hasil panennya berupa jagung, sayur-sayuran, padi dan lain-lain yang tetap sangat dibutuhkan dan laku dipasaran atau masyarakat. Petani banyak sangat berjasa dalam penyediaan pangan di tengah pandemi covid, akan tetapi yang menjadi masalah petani saat ini terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi sehingga akan berdampak atau mengancam dari hasil panen dan musim tanam tahun ini. Dengan kejadian ini siapa yang harus di salahkan atas kelangkaan pupuk bersubsidi, dan pada akhirnya petanilah yang terdampak atas kejadian tersebut.
Dilema petani saat ini dimana jika tetap menanam maka harus mau tidak mau membeli pupuk dengan harga tinggi. Petani berharap kelangkaan pupuk bersubsidi ini segera teratasi, dan tidak mempengaruhi dengan produktifitas tanaman jagung, padi, sayur mayur, dan lain-lain.
Dan petani lainnya Warsito dari Tuban mengatakan perekonomian yang terpuruk akibat pandemi Covid-19, menyebabkan kondisi tersebut membuat pelaku usaha mengambil langkah efisiensi. Salah satunya dengan mengurangi pegawai. Jumlah pengangguran pun meningkat dan dampak dari ini semua membuat masyarakat kembali ke desa asalnya. Masyarakat beralih menjadi petani ketika terjadi krisis ekonomi. Sektor pertanian adalah salah satu bidang yang tidak terdampak resesi secara signifikan.
Saat ini kita jumpai banyak komunitas petani muda (Milenial) yang terus tumbuh dan berkembang dengan kreatifitas dan inovasi dalam bercocok tanam baik tanaman pangan maupun hortikultura. Salah satu komunitas ini ada di kabupaten Tuban, yaitu Komunitas Petani Muda Tuban (KPMT). Komunitas ini tersebar di berbagai kecamatan untuk koordinasi, tukar ilmu & pengalaman tentang bertanam cabe, bawang merah, tomat, melon dan lain-lain.
Kita harus merubah mindset yang salah selama ini, dimana menjadi petani bukan sebuah hal yang negatif, namun sebuah pilihan yang harus dijalani dengan penuh kedisiplinan. Marwah petani harus terangkat di tangan para pemuda, kenapa kita tidak terapkan disiplin itu dalam bercocok tanam di lahan kita sendiri. Dan disaat pandemi seperti ini justru sektor pertanian menjadi penyelamat ekonomi keluarga.
Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Syamsidah mengatakan di saat pandemi peneliti tetap melakukan tugasnya, dengan memperhatikan protap kesehatan yang ketat. Dalam pandemi ini untuk melakukan penelitian mendapatkan kendala yang pasti yaitu kadang-kadang kantor shut down/tutup, jadi pekerjaan yang harus dilakukan di lab terpaksa di tunda atau reschedule.
Di dalam pandemi ini untuk out put mungkin tidak langsung tahun ini. Karena out put peneliti sering kali di panen setahun atau dua tahun ke depan-nya. Jadi dampaknya mungkin akan terlihat nyata nantinya. Tapi ada bagian pekerjaan yang bisa dikerjakan di luar lab biasa/basah. Misalnya studi bioinformatik bisa di luar lab atau analisis data. Untuk yang ini mungkin bisa diluar lab, jadi lebih memungkinkan tercapai pada saat pandemi.
Dan di saat yang sama Dody Priady Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI berpendapat untuk produktif di saat pandemi dengan menyesuaikan dengan keadaan. Dan sering kali terbatas ruang gerak penelitian, misalnya peneliti tidak bisa ke lapangan, untuk itu masih bisa melakukan menulis publikasi dari data yang sudah ada. Serta untuk publikasi juga lumayan lama prosesnya untuk dapat sampai terbit dalam jurnal dan lain-lain.
Beradaptasi adalah kunci utama dalam menjalani hidup di masa pandemi. Bisa dipastikan itu tidak mudah, namun kita tidak punya pilihan yang banyak. Berbagai proyeksi dan hitungan para ahli menyatakan kondisi ini akan berlangsung lama untuk waktu yang tidak pasti. Dan juga aspek produktivitas dapat dilihat dari bidang pekerjaan yang dilakukan, dimana indikator-indikator penilaian produktivitas yang sangat berbeda.
Penulis: Suhendra Mulia, M.Si. (Humas Madya LIPI)