Prosesnews.id
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
Prosesnews.id
No Result
View All Result
Home Opini

Mengkhianati Palestina di Tengah Runtuhnya Wibawa Negara Sendiri

Rijal Zulkarnaen by Rijal Zulkarnaen
29 Mei 2025 02:04
in Opini

PROSESNEWS.ID – Dunia menyaksikan luka yang terus menganga di Palestina. Penjajahan yang terjadi di tanah kelahiran para Nabi itu bukan hanya merampas wilayah, tetapi juga menelan nyawa demi nyawa, termasuk anak-anak dan perempuan yang tak berdosa. Gambar dan video kekejaman itu hadir setiap hari di hadapan kita, membekas di hati mereka yang masih memiliki nurani.

Namun, di tengah situasi tragis ini, betapa menyakitkannya melihat seorang pemimpin negara secara terbuka menyatakan dukungan terhadap entitas penjajah dengan menyebutnya sebagai negara yang berdaulat dan harus dijamin keamanannya. Ini jelas merupakan pernyataan yang keliru dan menyesatkan. Bagaimana mungkin sebuah entitas hina yang telah merampas kedaulatan dan kemerdekaan Palestina—dengan tindakan kekerasan dan penjajahan yang begitu kejam—justru diberi legitimasi dan pengakuan sebagai negara sah serta mendapatkan jaminan keamanan?

Dukungan yang dibalut narasi diplomasi ini sejatinya adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan sejarah solidaritas. Lebih tragis lagi, negara yang dipimpin oleh sosok tersebut dahulu pernah pertama kali diakui kemerdekaannya oleh Palestina—sebuah fakta sejarah yang seolah dilupakan begitu saja.

Yang lebih ironis, dukungan itu datang dari seorang pemimpin yang negaranya sendiri tengah berada di ambang krisis multidimensi. Penegakan hukum di negaranya amburadul—aparat hukum yang mudah disuap, praktik korupsi yang merajalela, dan sistem hukum yang tumpul ke atas namun tajam ke bawah. Ketimpangan sosial terus melebar, kemiskinan meningkat, pengangguran membayangi masa depan generasi muda, dan kualitas pendidikan pun kian timpang.

Negeri itu juga didera berbagai masalah lingkungan akibat pembiaran penebangan liar dan pengelolaan sampah yang buruk. Berbagai kebijakan yang diterapkan justru merugikan rakyat: pajak mencekik, utang negara membengkak, dan keputusan-keputusan publik yang jauh dari akal sehat serta keadilan sosial.

Dalam kondisi seperti ini, publik patut bertanya: Apa urgensinya melakukan manuver politik luar negeri dengan mendukung negara penjajah, sementara negeri sendiri tengah tenggelam dalam tumpukan persoalan? Bukankah lebih bijak jika energi dan sumber daya diarahkan untuk memperbaiki kondisi internal negeri? Itupun sepaarah-parahnya krisi-empati.

Maksud saya, bagi pemerintah negara yang krisi-empati terhadap kondisi rakyat Palestina, jika memang tidak mampu mengambil tindakan langsung di medan konflik, paling tidak tindakan yang dilakukan adalah menyatakan dukungan atau keberpihakan terhadap Palestina itu sendiri. Bukan justru memberi obat penenang kepada pihak yang jelas-jelas mengancurkan ketenangan bangsa lain.

Saya pikir, tindakan pemimpin tersebut sangat mungkin membuat sebagian besar rakyatnya merasa malu—malu karena dipimpin oleh seseorang yang tidak mencerminkan sikap adil, beradab, dan berintegritas. Rakyat yang masih memiliki nurani tentu tidak rela jika nama bangsa mereka dicatat dalam sejarah sebagai pendukung penindasan dan penjajahan.

Seorang pemimpin dinilai bukan dari seberapa nyaring suaranya di panggung internasional, tetapi dari seberapa kuat komitmennya memperjuangkan keadilan, baik di dalam maupun luar negerinya. Dan bagi saya, ketika suara yang ia keluarkan justru melukai sejarah persahabatan dan solidaritas dengan bangsa tertindas seperti Palestina, maka publik berhak menyebutnya sebagai pengkhianatan moral.

Palestina tidak butuh dukungan dari negara besar, tetapi dari negara yang masih memiliki integritas. Dan dunia tidak butuh pemimpin yang berpura-pura peduli kemanusiaan sambil menutup mata terhadap genosida yang sedang berlangsung.

Tags: Indonesia PalestinaIsrael HinaIsrael Najiskonflik Palestina terkiniPalestina Hari IniPresiden Dukung Israel
ShareTweetSendSharePin1

Berita Terkait

No Content Available
Load More

Komentar DonkBatalkan balasan

Trending

Peristiwa

Pelecehan oleh Wakasek SMA di Gorontalo Terungkap, 4 Siswi Jadi Korban

by Editor
4 Des 2025
0

PROSESNEWS.ID - Kabar mengejutkan datang dari salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Gorontalo. Seorang oknum guru yang juga...

Polemik Kebijakan Dana Desa Tidak Dibayarkan, Kades Tuntut PMK 81 Dicabut

5 Des 2025

Kasus Hak Cipta Masuki Babak Baru, Kuhu Minta Damai Kadek Menolak

4 Des 2025

Kades Prima Didemo Warga, Dituntut Mundur karena Salah Kelola Anggaran

5 Des 2025

Penangkapan Beruntun Ungkap Pemasok Utama Sabu di Gorontalo

4 Des 2025

Belum Selesai Urusan Hak Cipta, Kuhu Kembali Dihantam Laporan Baru dari Rektor UMGO

4 Des 2025

TERBARU

Timsel KPID Gorontalo Tegaskan Transparansi Seleksi, Ini Peserta yang Lolos

5 Des 2025

DPRD Kota Gorontalo Apresiasi Larangan Waria Nongkrong di Pasar Sentral

5 Des 2025

Polemik Kebijakan Dana Desa Tidak Dibayarkan, Kades Tuntut PMK 81 Dicabut

5 Des 2025

Dukungan Legislatif Menguat, Dinas Kearsipan Siap Tingkatkan Mutu Penataan Arsip

5 Des 2025

Dinas Kearsipan Gorontalo Mulai Uji Coba Penataan Arsip di 2 OPD

5 Des 2025
  • Home
  • Tentang
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

©2025 Prosesnews.id. All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Headline
  • Daerah
    • Gorontalo
    • Sulawesi Tenggara
    • Sumatera Utara
    • Jawa Timur
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Ekonomi
  • Politik
  • Traveling
  • Opini
  • Infografis

©2025 Prosesnews.id. All Rights Reserved.