Wisatawan dari Benua Eropa mendominasi sebagai turis paling kerasan tinggal dan paling royal selama berwisata di Indonesia pada 2018-2019.
Keindahan alam dan kekhasan budaya menjadi daya tarik wisata pada sejumlah destinasi di Indonesia. Ditambah pula, akses yang mudah dan fasilitas wisata yang melimpah, membuat jutaan warga dunia setiap tahunnya berbondong-bondong melancong ke negeri elok di lintasan khatulistiwa ini. Keramahan penduduknya pun bisa mendatangkan rasa tenang dan nyaman bagi para turis untuk menikmati wisata belanja, kulineran, atau acara kesenian.
Rasa nyaman dan aman yang tercipta di suatu negara juga ikut menentukan berapa lama turis-turis akan menghabiskan masa liburannya. Semakin aman situasi di negara itu, makin lama turis-turis menjelajahi setiap sudut negara yang dikunjungi. Hasilnya, sepanjang 2019, terdapat 16.106.954 turis dunia yang berkunjung ke Indonesia. Angka itu meningkat dibandingkan 2018 ketika sebanyak 15.810.305 turis berkunjung ke nusantara.
Pandemi virus corona yang melanda dunia termasuk Indonesia sepanjang hampir satu tahun terakhir juga berimbas kepada sektor pariwisata. Sepanjang Januari hingga September 2020, hanya ada 3,56 juta turis asing yang menyinggahi Indonesia, turun drastis 70,57 persen dibandingkan periode sama di 2019 saat terdapat 12,10 juta kunjungan turis asing.
Meski demikian, Indonesia tetap menjadi magnet bagi para turis mancanegara. Para turis asal Rusia telah membuktikan bagaimana mereka sampai lupa daratan saat berwisata ke Indonesia. Udara tropis, hijaunya alam, dan begitu beragamnya seni budaya, termasuk makanannya, telah menyihir para pelancong asal Negeri Beruang Merah ini untuk lebih lama berlibur di Indonesia.
Dalam data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) terbitan 22 Januari 2021 disebutkan bahwa 158.943 pelancong Rusia ternyata menghabiskan waktu selama 19,66 hari saat berkunjung ke Indonesia. Pada 2018, 125.728 turis Rusia juga diketahui menjadi pelancong paling kerasan berada di Indonesia. Tercatat, mereka didapati menghabiskan 17,63 hari kunjungan di tanah air.
Urutan berikutnya turis paling kerasan di 2019 adalah ketika sebanyak 14.663 turis asal Pakistan diketahui betah menghabiskan waktu sampai 19,11 hari untuk menjelajahi Indonesia. BPS juga menemukan bahwa di dalam urutan 10 besar turis-turis yang paling kerasan di Indonesia pada 2019, terdapat 9 negara asal Eropa di mana warganya masuk daftar paling lama melancong. Turis asal Belanda, Swedia, Jerman, Austria, Swiss, Finlandia, Belgia, dan Denmark mencatat lama tinggal (length of stay) di Indonesia berkisar 14,84-18,03 hari.
Meski data soal lama tinggal untuk 2020 belum disajikan secara lengkap oleh BPS, tetapi selama Januari–September 2020, terdapat 60 ribu lebih turis Rusia telah melancong ke tanah air. Demikian juga dengan 42 ribu lebih warga Jerman dan 43 ribu lebih turis Belanda tiba di Indonesia.
Bukan itu saja. Para pelancong dunia yang masuk ke Indonesia itu tak hanya dilihat dari lama tinggal, melainkan juga terkait dengan pengeluaran yang mereka lakukan selama berwisata ke nusantara. Pengeluaran pokok mereka meliputi hotel, makan, transportasi, serta aktivitas wisata. Kian rajin uang yang dibelanjakan, kian besar pula kontribusinya bagi negara tujuan.
Berdasarkan indikator-indikator tadi membuat tiap negara menyusun daftar feeder turis yang akan diprioritaskan dalam strategi promosi pariwisata. Itu sebabnya banyak negara yang kemudian berpikir keras untuk menyeleksi obyek-obyek wisata unggulan mereka agar dapat menarik minat turis-turis kaya agar mampu mendulang devisa lebih besar.
Seperti juga daftar peringkat pelancong paling kerasan, para turis asal Belgia, Belanda, Denmark, Rusia, dan Swiss juga membuat kejutan. Mereka didapati bertengger pada urutan 10 besar sebagai pelancong-pelancong paling royal membelanjakan uangnya selama berlibur di Indonesia.
Urutan Bawah
Turis-turis asal Benua Biru ini pada 2019 rata-rata membelanjakan uang asing mereka antara USD1.326,30 hingga USD1.412,18. Menurut data BPS, turis-turis asal Arab Saudi dikenal lebih royal dan mereka sanggup merogoh kocek hingga USD1.592,79 untuk keperluan berbelanja selama berlibur di Indonesia.
Dengan torehan nilai sebesar tadi, pelancong-pelancong dari negeri petrodolar yang tiba di Indonesia sebanyak 157.512 orang itu dinobatkan oleh BPS sebagai negara dengan turis paling royal di 2019. Sebanyak 165.912 turis asal Arab Saudi yang masuk ke Indonesia juga menduduki peringkat teratas sebagai pembelanja paling royal pada 2018 dengan nilai USD2.277,41. Untuk 2020, BPS belum merilis data terbaru mengenai jumlah pengeluaran turis asing saat berkunjung ke Indonesia.
Tak seperti turis-turis asal Eropa atau Arab Saudi, wisatawan asal Malaysia dan Singapura dikenal sangat irit, baik dalam hal melancong atau saat membelanjakan uangnya. Pada 2019 dan 2018, turis-turis Malaysia tercatat hanya tinggal selama 5,29 hari serta 4,53 hari. Pelancong asal Singapura pun demikian karena mereka hanya menghabiskan 3,07 hari di 2019 dan 4,53 hari setahun sebelumnya.
Untuk urusan membelanjakan uangnya, turis dari Malaysia hanya mengeluarkan USD495,16 (2019) dan USD843,34 (2018). Sedangkan wisatawan Negeri Singa pada 2019 dan 2018 tercatat masing-masing mengeluarkan uang USD849,77 serta USD1.049,33. Hasil ini menjadikan Singapura dan Malaysia bertengger di urutan bawah negara-negara dengan kontribusi lama tinggal dan jumlah pengeluaran paling irit pada periode 2018-2019. Padahal, pelancong dari dua negara tetangga Indonesia ini mendominasi dua besar penyumbang turis terbanyak. Pada 2019, ada sebanyak 2.980.753 warga Malaysia berwisata ke Indonesia dan 1.934.445 lainnya berasal dari Singapura.
Demikian pula pada 2018 ketika 15.810.305 turis berkunjung ke nusantara, sebanyak 2.503.344 orang, di antaranya, asal Malaysia dan 1.768.744 orang berpaspor Singapura. Untuk periode Januari–September 2020, turis Malaysia dan Singapura yang masuk ke Indonesia berjumlah masing-masing 844,8 ribu orang dan 271,5 ribu orang.
Semoga saja dengan telah dimulainya vaksinasi, ditandai pemberian vaksin Sinovac tahap kedua kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (27/1/2021), dapat menjadi awal pemulihan perekonomian nasional termasuk sektor pariwisata sebagai pendulang utama devisa non migas bagi negara.
Penulis: Anton Setiawan Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini