Ragit jalo memiliki kemiripan dengan roti jala dari Medan dan ragit mie dari Indramayu. Pembedanya ada pada aroma rempah yang menggoda dan memberikan kelezatan tersendiri.
Di Palembang ada sebuah kudapan unik yang lebih banyak muncul saat Ramadan tiba. Kudapan ini selalu dicari warga untuk dijadikan takjil, santapan berbuka puasa. Ragit jalo, begitu nama kudapan tradisional asal Kota Pempek di Sumatra Selatan itu. Terbuat dari tepung terigu, telur, dan sedikit garam dipadukan dengan kuah kari sebagai teman bersantap.
Dari bentuknya seperti jala atau jaring ini pula yang membuat masyarakat setempat menamainya sebagai ragit jalo. Ragit jalo ini biasanya dikreasikan menjadi bentuk lipat segitiga atau digulung. Sensasi rasa akan hadir ketika ragit dimandikan kuah kari yang kaya akan rempah lalu ditaburi bawang goreng ditambah cabai hijau yang dipotong-potong kecil.
Maka seketika itu pula ragit berlumur kari akan menghadirkan rasa gurih, lezat, pedas, dan sedikit asam begitu menyentuh indra pengecapan kita. Sungguh nikmat dan merindukan. Sepintas, ragit jalo mirip dengan roti jala khas Medan yang sama-sama berkuah kari. Hanya bedanya kuah kari ragit jalo lebih encer dibandingkan roti jala yang lebih kental.
Kemiripan kudapan asal Palembang ini tidak hanya dengan roti jala, tetapi juga terdapat makanan bernama sejenis dari Indramayu. Kalau ragit jalo berkuah kari, maka ragit dari Indramayu memakai mie ditambah telur dadar kemudian disiram kuah santan ebi menghadirkan nuansa hidangan laut khas daerah pesisir. Rasanya sama-sama gurih dan sedap.
Ketika bulan puasa, memang tidak sulit untuk mewujudkan rindu menyantap ragit jalo karena mudah diperoleh di pusat-pusat kuliner Ramadan di Palembang. Misalnya, di pasar-pasar beduk seperti di Jl Ratna Talang Semut. Beda halnya kala rindu itu tiba di hari-hari biasa, kita perlu sedikit kesabaran untuk berburu ragit jalo di Kota Pempek.
Nah, untuk mengobati kerinduan, kita juga dapat membuat sendiri beberapa porsi ragit jalo di rumah. Menurut pemerhati makanan tradisional Palembang, Ika Wahyuni, seperti dikutip dari Antara, ada dua jenis bahan yang harus disiapkan, yaitu bahan ragit itu sendiri dan bahan untuk membuat kuah karinya.
Kita hanya perlu menyiapkan beberapa bahan baku yang mudah didapat di pasar-pasar atau toko-toko bahan kue. Bahan pembuatan ragit berupa 150 gram tepung terigu, tiga butir telur, setengah sendok teh garam, dan 400 mililiter air matang. Kemudian campurkan semua bahan ke dalam wadah khusus lalu aduk sampai adonan merata.
Kemudian tuangkan adonan ke dalam wadah bercorong khusus atau plastik adonan, lalu siram ke dalam wajan antilengket yang telah dilumuri minyak dalam api sedang. Sembari menuang adonan, bentuk seperti jaring laba-laba atau jaring raket badminton dan biarkan adonan matang.
Jangan lupa untuk membalikkan adonan agar matangnya merata. Sebelum diangkat dari wajan, adonan yang sudah matang dilipat menjadi bentuk segitiga atau digulung. Ulangi proses seperti di atas beberapa kali untuk mendapatkan beberapa potong ragit jalo.
Untuk kuah karinya kita harus siapkan bahan-bahan seperti lengkuas, batang serai, cabai, daun kari, daun jeruk dan daun salam, gula pasir, garam secukupnya, santan kelapa, bumbu kari bubuk, kaldu bubuk, penyedap rasa, potongan daging sapi. Bisa juga memakai daging ayam. Jangan lupa siapkan juga minyak sayur secukupnya untuk menumis dan mengoles adonan.
Kemudian tumis semua bumbu halus, lengkuas, serai, daun salam, daun jeruk dan daun kari hingga aroma harum keluar dari masakan. Lalu masukkan potongan daging dan aduk hingga berubah warna. Selanjutnya tuangkan santan, bubuk kari, kaldu bubuk, garam, penyedap rasa, dan gula pasir. Aduk semua bahan hingga bumbu meresap dan matang, begitu juga dagingnya.
Agar aroma harumnya terasa pedas, masukkan potongan cabai sebelum kuah diangkat dari panci masak. Kudapan langka Palembang dengan proses lumayan sulit ini disajikan mirip dengan martabak India, di mana kuah karinya bisa dipisah atau dituang di atas ragit.
Kemiripan kuah kari ragit jalo dengan kuah sejenis pada martabak India bukan sebuah kebetulan. Dari cerita dan literasi yang ada disebutkan bahwa ragit jalo ini resepnya diberikan oleh para pedagang asal Gujarat, India yang masuk ke wilayah Kerajaan Sriwijaya sejak awal abad 7 Masehi.
Kelezatan ragit jalo cepat merambat hingga menjadi makanan yang disukai di lingkungan kerajaan saat itu. Jika ada hajatan digelar di kerajaan, sudah pasti ragit jalo menjadi salah satu menu wajib untuk disuguhi kepada para tamu kehormatan. Kudapan ini juga disukai oleh para pedagang dari Persia yang singgah dan menetap di kawasan kerajaan.
Saat ini, ragit jalo yang harganya cukup terjangkau, sekitar Rp9.000 hingga Rp15.000 per porsinya ini, bisa kita cari di komunitas pedagang Arab Kota Palembang di Pasar Kuto, Kuto Baru dan Sayangan. Pada hari-hari biasa, ragit jalo biasa disajikan sebagai menu sarapan pagi atau ketika ada acara sedekahan.
Selamat menunaikan ibadah puasa dan jangan lupa untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak.
Penulis : Anton Setiawan Redaktur : Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari