
PROSESNEWS.ID – Bupati Gorontalo, Sofyan Puhi, menanggapi serius keluhan warga terkait pelayanan di Puskesmas Dungaliyo, Kecamatan Dungaliyo.
Sofyan menegaskan, dirinya telah menginstruksikan Dinas Kesehatan untuk memanggil Kepala Puskesmas guna memberikan klarifikasi atas laporan pasien.
“Saya sudah perintahkan Kadis Kesehatan memanggil Kapus Dungalio untuk mengklarifikasi. Kita perlu tahu di mana letak masalahnya, apakah pada kapusnya, dokter maupun tenaga medis,” tegas Sofyan.
Ia menambahkan, pemerintah daerah berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat. Apabila ditemukan pelanggaran teknis, maka pihaknya akan menjatuhkan sanksi sesuai tingkat kesalahan.
“Kita akan mencegah kejadian seperti itu. Kalau ada indikasi kekurangan pelayanan akan kita perbaiki. Namun kalau ada kesalahan, tentu akan diberi sanksi. Sanksinya sesuai tingkat kesalahan,” tandasnya.
Sebelumnya, seorang warga bernama Afliani Hikma, asal Dusun III Desa Kalioso, mengungkapkan kekecewaannya terhadap pelayanan di Puskesmas Dungaliyo melalui media sosial. Ia menuturkan, saat berobat pada Rabu (17/9/2025), dirinya merasa kurang mendapat perhatian.
“Saya sudah tujuh hari sakit. Hari Senin kemarin saya sempat ke Posbindu, hasilnya gula darah saya di bawah 50 dan asam urat 10. Karena kondisi masih lemas, saya berinisiatif ke Puskesmas,” jelas Afliani.
Menurutnya, setelah melakukan pendaftaran dan pemeriksaan awal, ia dibiarkan terlalu lama menunggu.
“Perawat hanya asyik berbincang. Nanti saya tanya, ‘ses, masih lama?’ Baru itu saya dipanggil masuk ruangan dokter,” ungkapnya.
Afliani melanjutkan, setelah diarahkan ke apotek, ia meminta pemeriksaan gula darah dan asam urat. Dokter pun menuntunnya menuju laboratorium, namun pelayanan tidak dapat diberikan karena alat pemeriksaan habis.
“Petugas bilang tidak ada stok, tapi juga tidak ada usaha untuk mencarikan,” katanya.
Ia menambahkan, setelah itu dirinya kembali ke apotek untuk mengambil obat, namun namanya tidak tercatat sebagai penerima.
“Dokter sudah bilang saya disuruh ke apotek, tapi setelah menunggu lama, malah ditanya lagi apakah saya sudah diperiksa dokter. Karena kesal, saya akhirnya memilih pulang tanpa membawa obat,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Dungaliyo, Sudirman M. Umar, membantah, pasien diabaikan. Menurutnya, pasien tersebut datang pukul 09.49 WITA dan langsung masuk antrean klaster tiga, yakni pasien dewasa.
“Di klaster tiga pasien memang banyak, baik yang dirujuk maupun berobat biasa. Jadi pasien tetap dilayani, hanya saja harus menunggu giliran. Kami sudah menggunakan sistem rekam medik elektronik (RME), sehingga semua harus antre,” terang Sudirman.
Terkait dugaan dokter yang marah, Sudirman menilai hal tersebut hanya soal gaya komunikasi.
“Dokter tidak marah. Nada bicaranya memang begitu, beliau sudah lama bertugas di sini. Kalau cuma soal nada tinggi, mungkin sudah banyak pasien yang mengeluh,” ujarnya.
Ia juga membenarkan, stok stik gula darah saat ini kosong di laboratorium, meski tersedia di ruangan Program Penyakit Tidak Menular (PTM).
“Stik hanya tersedia di ruangan Program Penyakit Tidak Menular (PTM). Saat petugas hendak mengambil, pasien sudah terlanjur ke apotek. Karena itu, dokter belum sempat menginput resep,” jelasnya.
Meski begitu, Sudirman mengaku pihaknya akan segera melakukan evaluasi terhadap pelayanan di Puskesmas Dungaliyo.













